I.
PENDAHULUAN
Dewa Siwa merupakan
salah satu sosok dewa trimurti Hindu yang dilukiskan sebagai
sosok dewa yang selalu asyik duduk
bermeditasi. Gunung Kailasa merupakan nama gunung
tempat beliau melakukan meditasi. Sambil meditasi tasbih
ditangannya selalu tak
terlupakan.
Rambutnya digulung mengerucut dengan
rapi dan sebagian yang bagian
bawah dibiarkan terurai panjang. Rambutnya dibiarkan panjang terurai mengingat ditengah hutan tidak ada
salon atau tukang cukur.
Berbeda dengan
sang Budha yang melakukan
meditasi ditengah kota atau dikeramaian
bersama siswanya ada aturan menggunduli rambut. Dengan menggunduli rambut
jadinya secara sah
diketahui secara formal sebagai penekun spiritual.
Karena meditasi di tengah hutan atau digunung-gunung
tentu aturan formal tidak
dibutuhkan dihutan. Dewa siwa
membiarkan begitu saja rambutnya
panjang terurai toh yang melihatnya cuma
bangsa kera dan binatang lainnya.
Kemudian dari atas rambut dewa Siwa yang digulung dilukiskan ada air
mancur keluar sedemikan rupa. Air
itu merupakan aliran air sungai gangga
yang konon turun dari surga. Air
suci yang kramat hanya dewa siwa saja yang sanggup menyangganya.
1
|
Senjata tombak trisula iaitu tombak
dengan tiga mata pisau selalu siaga
menemani dewa siwa tatkala
bermeditasi. Tombak selalu siaga
mengingat ditengah hutan banyak ada binatang buasnya yang tak sudi diajak bersahabat.
Harimau yang ganas
mau tak mau ditancap dengan tombak trisulanya. Kemudian dikuliti lalu
kulitnya dijadikan pakaian oleh dewa
siwa. Itulah busana dari dewa
siwa yang suka meditasi ditengah
hutan belantara.
Terus melulu meditasi tentu adakalanya
dewa siwa ingin menghibur diri dengan bernyanyi. Gendang damaru merupakan salah satu alat musik yang paling disukai tuk mengiringi
nyanyiannya..
Ditengah hutan belantara tentu banyak
binatang berbisa yang
menyengatnya. Racun dari binatang
berbisa seperti bisa kalajengking
dan bisa ular kobra semuanya
ditelan. Akibat menelan racun
yang disebut hala-hala tubuhya keseluruhan menjadi biru..
Meditasi memang merupakan
pekerjaan yang hanya duduk saja. Tetapi walau duduk
juga bisa menyebabkan haus.
Karena itu dewa
siwa selalu membawa kendi yang
berisi air suci tirta
sanjiwani. Air suci tirte sanjiwani selalu diteguknya tuk hilangkan rasa hausnya.
Tetapi ada hal
yang perlu diketahui bersama dan perlu dipertanyakan bagaimakah aslinya ajaran meditasi dewa siwa tersebut? Hal inilah yang perlu diketahui
agar bermanfaat bagi orang banyak; dan sudah pasti demi kebangkitan para pengikut
siwa dimuka bumi.
II.
AJARAN
KEROHANIAN MODERN
. Kalaupun seandainya beliau
datang dalam doa gambarannya bisa muncul mungkin dalam
sekejap saja. . Bisa juga hadir dalam bayangan saat pikiran lagi tak banyak pikir(bleng).
Tetapi dibalik wujud dewa siwa
dengan berbagai astributnya
tersebut setelah diamati semuanya itu merupakan gambaran, simbolisasi. . Bukan lagi sekedar gambaran, sekiranya Setiap
astribut gambar dewa siwa semuanya memiliki nilai filsafat.
Pada nilai filsafat
dari astributnya tersebut terkandung ajaran meditasi dewa
siwa sebagai petunjuk ajaran kerohanian
modern yang murni.
.Ajaran kerohanian modern yang murni tersebut langsung mengarahkan pikiran manusia agar berpulang pada Roh yang ada dihatinya. Membawa pikiran
menuju Roh dihati itu merupakan sebuah
usaha untuk memurnikan pikiran dan akal budi. Pikiran yang tercemar oleh dorongan hawa nafsu akan murni kembali bila dibawa pada roh dihati semata..
Perkara membawa pikiran menuju Roh
dihati itu bukan perkara enteng. Pikiran manusia yang bersekutu dengan panca Indranya membuat
pikiran susah berpulang menuju Roh.
Hawa nafsu cenderung mendorong pikiran
mengikuti panca indra agar arahnya
keduniawi melulu. Lewat ajaran
kerohanian murni arah pikiran dibawa balik
pulang menuju Roh dihatinya.
1.
ARTI KATA
DEWA SIWA.
Jadi dari
arti nama dewa siwa
tersebut, sosok dewa siwa yang berwujud manusia
adalah pribadi anak manusia yang suka memancarkan cahaya
kebajikan. Mereka tekun meditasi menjalani kerohanian tiada lain agar
cahaya Kebajikan memancar.
2. Cahaya melingkari kepala.
Gambar cahaya
yang melingkari disekitar
kepala dewa siwa
itu merupakan simbol cahaya
rohani yang memancar. Cahaya
tersebutlah yang memancarkan sifat-sifat
baik atau membawa kebaikan.. Cahaya itu memancar
ketika anak manusia kusyuk
bermeditasi.. Cahaya itu datang dari roh
atau Atma yang ada dihati.
3.
DUDUK
BERSILA.
Dewa siwa selalu dilukiskan duduk bersila. Sikap
duduk bersila dalam praktek
kerohanian secara umum merupakan sikap utama dalam bermeditasi.
Dalam hal ini sikap duduk bermeditasi
merupakan cara utama menekuni ajaran kerohanian.
Setelah terpejam
kemudian pikiran dikontrol dan ikut
dibuat tenang setenang mungkin. Tubuh yang tenang dan tegak sangat menentukan tenangnya pikiran. Karena itu dalam meditasi posisi tubuh
harus tegak dan tenang terlebih
dahulu maka perlahan-lahan pikiran ikut tenang.
Bagaikan menenangkan
air dalam sebuah wadah maka
wadahnya perlu dibuat tenang maka air
dalam wadah ikutan jadi tenang. Setelah tenang barulah
cahaya kebajikan memancar.
4.
TASBIH
ATAU JAPAMALA
Dewa siwa dalam bermeditasi
tangannya selalu memegang tasbih atau japamala. Hal ini dapat
diterangkan dalam menekuni
meditasi yang baik
adalah tangan selalu memegang tasbih untuk
berjapamantra.
Berjapamantra atau mengulang-ngulang mantra itu penting
dan sebagai langkah awal dari meditasi. Dalam
latihan meditasi pikiran tidak serta merta bisa
langsung diheningkan.
Pikiran itu kocak, liar
suka kesana kemari rasanya tak mungkinlah langsung dipaksa
agar hening. Semasih pikiran
kocak berjapamantra berulang-ulang merupakan
cara menjinakkan pikiran.
Kegiatan berjapamantra
rutin dilakukan saat pagi
dan sore hari maka
cahaya kebajikan akan selalu memancar. Cahaya
kebajikan itulah yang menuntun
sifat-sifat baik dalam perilaku
sehari-hari.
Mantra itu juga berguna untuk memutuskan godaan panca indra yang selalu berusaha
menarik pikiran agar jauh dari Roh.
Karena itu saat bermeditasi japa mantra atau bersikir
harus selalu dilakukan sambil memegang tasbih.
5.
KONSENTRASI
DISELA ALIS.
Hakekat praktek
kerohanian atau spiritual intinya
membuat pikiran terpusat disela alis.
Setelah terpusat disela alis
pikiran lalu didiamkan atau diheningkan. Proses mendiamkan pikiran dan
mengheningkan pikiran inilah ajaran
meditasi.
Karena itu
saat berjapa mantra bila sudah sampai hitungan 300x keatas
latihan meditasi harus diupayakan
dengan sengaja memusatkan pikiran atau konsentrasinya di
sela alis. Dipusatkan disela
alis lalu dibuat hening, tidak mikir, tidak ngayal, pokoknya
diam, diam, diam. Jika
hanya melulu berjapa sebanyak mungkin dan pikiran sekali-kali
tidak dipusatkan disela alis
untuk hening maka cahaya Roh tentu agak lambat memancar.
6.
NYALA
API DIDAHI.
Adanya gamaran cahaya Api
didahi dewa siwa sebagai
simbol cahaya Api atma,
sekiranya simbol itu
memberi petunjuk bahwa tujuan
utama dari meditasi adalah menemukan cahaya Api Atma..
Seperti nyala Api membuat suasana gelap
jadi terang, sekiranya nyala api Atma itu melenyapkan mental gelap
menjadi terang. Dalam ini gambar
dewasiwa meditasi dengan nyala api
didahinya mengajarkan manusia
bermeditasi dengan tujuan Atma semata agar
mental jadi terang. Bukan
pada yang lainnya.
Dalam meditasi
siwa pikiran di diheningkan dan saat hening
pikiran serta memori dibakar oleh
apu rohani. Saat membakar memori dipikiran nyala api Atma membesar bagai
api membakar rumput kering atau
membakar kayubakar dan kertas.
Nyala api atma membesar
pikiran dan akal jadi semakin
terang. Perasaan juga terasa plong karena
sejumlah memori(karmawasaa ludes) terbakar.
Pancaran cahaya
Atma yang membesar kemudian mengusir kegelapan sehingga gangguan bayangan setan, buta kala menjauh karena silau.
Pancaran cahaya
Atma itu juga memancarkan energi
rohani sehingga tubuh
jadi lebih berenergi. Karena
berenergi maka rasa loyo jadi
berkurang.
7.
ABU,
LUKISAN ABU.
Seperti bermacam-macam kayu,
daun kering dan kertas akan
lebur jadi abu bila dibakar. Begitu juga segala memori
dipikiran akan ludes
terbakar jika pikiran dipusatkan
pada Atma saat meditasi.
Reaksi dari sifat
rajas dan tamas yang melekat pada memori akan
lenyap jika pikiran
dipusatkan pada Roh.
Reaksi sifat tamas seperti perasaan sumpek, bingung, strees, sifat cuek,
bodoh atau idiot lenyap
bila memori terbakar dalam api jnana/rohani.
Reaksi karma buruk yang melekat dimemori dari
kelahiran terdahulu juga akan lenyap atau lebur laksana
kayu terbakar jadi abu.
Dalam hal ini ada pemutihan
karma jika segala
memori dibakar dalam meditasi..
Seseorangpun bisa menapaki kehidupan dengan kepribadian baru
yang disertai pancaran cahaya
kebajikan dari Atmanya.
.
Sementara bagi
orang yang tidak membawa pikirannya pada
Roh ada kemungkinan memori atau segala
kenangan dipikirannya bagai sampah halaman yang berserakan bahkan
sampai mengggunung. Sampah-sampah memori
yang begitu banyak membuat mental seseorang jadi gelap, kacau dan
bingung.
Adanya mental heng dan stress
itu juga bermula dari pikiran sudah
penuh memori.Melalui berjapa atau
berzikir dan meditasi mengarahkan pikiran menuju Roh akan membuat segala memori dan kekuatan gelap yang nempel
dimemori akan terbakar dan berubah
seperti abu. Perasaanpun jadi terasa
plong dan terang pikirannya jika telah dibakar dalam api rohani.
8.
BULAN
SABIT.
Bulan merupakan simbol akal budi. Bulan sabit yang terang
melambangkan sisi akal yang dipakai tuk
mengarahkan pikiran agar
tertuju pada alam rohani.
Hari-harinya
akalnya hanya lebih diarahkan untuk memfokuskan pikiran
pada dunia rohani semata. Lebih
fokus menekuni dunia
rohani maka akalnya dibidang
rohani tajam sekali bagaikan
sabit.
Alam rohani yang membuat
akal semakin tajam seperti arit.
Akal yang tajam tersebut
membuat seseorang bisa
mengalahkan orang lain yang belajar rohani
sebagai selingan saja. Akalnya
yang cerdas mengalahkan lawan bagai
sabit membabat rumput disawah.
Jadi bulan sabit
simbol kecerdasan yang semata
dipakai membidikkan pikiran agar selalu mengarah pada Roh. Akal seperti bulan
sabit itu bagaikan keker senapan yang berguna
untuk membidikkan peluru agar
mengarah pada sasaran.
Bulan
kepanjangannya budi untuk laksanakan
norma. Sabit kepanjangannya
“Sadar, bangkit ingat Tuhan.. Sekiranya
seorang penekun rohani ia punya akal budi untuk laksanakan norma agama.
Mereka sadar gelap
dalam urusan duniawi maka mereka bangkit ingat Tuhan.
7.ULAR KOBRA.
Dewa
siwa selalu dilukiskan
berlilitkan ular kobra sehingga
dewa siwa terkesan seperti
seorang pemain sirkus. Ular kobra
dalam tubuh dewa siwa itu
simbol dari urat-urat sebagai
saluran energi sari-sari makanan.
Tenaga normal hidup
sehat itu membuat hidup jadi berdaya guna
yang disimbolkan oleh ular yang memiliki guna-guna.
Melalui puasa juga membuat hawa nafsu
yang berlebihan dibersihkan
sehingga api rohani jadi
semakin membesar. Karena itu bila
api rohani kurang terang
penting kiranya berpuasa.
Kata ular kepanjangannya “untuk latihan rohani”. Kata Kobra dipanjangkan menjadi “korban,
berhasil. Ular suka berkelongsong dimana
kata kelongsong dipanjangkan menjadi “kalau lowong kosongi perut.
Dalam hal ini hidup digunakan untuk latihan rohani dengan cara korbankan nafsu, korbankan waktu
sejenak untuk japa dan meditasi agar
pikirannya berhasil menembus Roh. Ketika
ada waktu lowong penting juga kosongi perut berpuasa untuk memungkinkan agar latihannya berhasil.
Seperti semburan ular
kobra berguna, sekiranya setelah pikiran
berhasil dalam latihan rohani maka
kata-kata yang keluar dari mulut bisa berguna atau bermanfaat.
9.
HARIMAU.
Harimau merupakan simbol
karakter manusia yang
menekuni ajaran kerohanian murni. Karakter harimau
ditunjukkan oleh kepanjangan kata Harimau iaitu “hari-hari mantra ucapkan”.
Harimau kalau
bersuara dibilang Mengaum
dengan suara “aaauuummm”. Kata mengaum dipanjangkan
menjadi “mengucapkan mantra aum dan
auman harimau juga menunjukkan aksara suci AUM
yang disengaukan menjadi mantra OM.
Kepribadian
seorang yang bermeditasi
ajaran siwapun mereka bagaikan
harimau diantara bangsa binatang. Mereka memiliki karismatik dan
suara lain dari
yang lainnya.
10.
SENJATA TRISULA
Dewa Siwa dalam
penggambarannya tidak lepas dengan senjata trisulanya. Trisula
itu merupakan simbol pikiran dan kecerdasan yang
digunakan dalam latihan
rohani. Pegangannya simbol
pikiran yang selalu berpegang pada mantra, doa dan ajaran-ajaran agama. Ketiga pisaunya simbol pikiran yang digunakan meditasi
dengan konsentrasi ditiga lokasi
tuk menundukkan tiga sifat alam atau
triguna menurut weda.
Ketiga titik dalam meditasi itu adalah diawali memandang
ujung hidup tuk menundukkan sifat
tamas(gelap). Kemudian
konsentrasi disela alis tuk menundukkan
sifat rajas yang cenderung membuat pikiran liar berkelana.
Selanjutnya
ketiga arah bidikannya kearah
Roh didalam hati tuk menundukkan sifat
kebaikan(satwam) yang cenderung
mengaku-ngaku baik.
Dengan ditundukkannya ketiga sifat alam tersebut
maka saat itulah hati terbuka dan
cahaya Roh jadi memancar dari dalam
hati. Sekiranya pikiran yang
demikianlah senjata utama dari sosok dewa
siwa tersebut..
Gendang dewasiwa disebut
damaru. Gendang tersebut
selalu disertakan oleh
dewasiwa. Gendang itu merupakan alat
musik yang biasa dibunyikan
oleh dewa siwa sehabis meditasi
tuk menghibur diri.
Gendang
melambangkan tubuh manusia yang ada kulit berupa dua gendang telinga
dan didalamnya ada ruang hampa iaitu Atma itu sendiri..
Orang menekuni kerohanian
biasanya mereka akan dipukuli dengan berbagai kata-kata. Pukulan
kata-kata itu menggugah Roh yang ada
dihati tuk mengeluarkan sabda-sabda seperti
suara gendang yang dipukul.
Sabda sabda itu dapat
berupa keluarnya ide-ide,
inspirasai atau wawasan yang membuat
seorang meditator bisa keluarkan
kata-kata berupa pegetahuan atau
wawasan.
12. TEROMPET.
Terompet
merupakan alat yang dapat menghasilkan atau mengeluarkan
suara. Terompet merupakan
simbol seorang penekun rohani yang dipilih oleh alam rohani
yang sebagai alat untuk
menyampaikan kebenaran Rohani. Seseorang
yang dipilih dan digembleng oleh alam rohani untuk menyuarakan pengetahuan
rohani.
Trompet kepanjangannya
“trobosan modern, pemberita
terang”.” Seseorang yang dijadikan alat
oleh alam rohani tentu
mereka mampu bikin terobosan
modern atau baru dan sebagai pemberita
yang terang, jelas dan ilmiah.
13. KENDI
Kendi merupakan simbol pikiran dan akal budi seorang
penekun rohani murni yang berperan
sebagai wadah. Air ilmu pengetahuan yang berupa wawasan
akan tertampung pada orang yang menekuni kerohanian.
. Pengetahuan rohani
tersebut kemudian dipakai
memberikan siraman rohani atau
berkotbah.
14. AIR MANCUR DIKEPALA
Air mancur yang keluar
diujung rambut dewa
siwa itu simbol
akal cair, pengetahuan rohani
keluar daripikiran seorang penekun rohani. bagaikan putaran mesin pompa air yang
dapat mengalirkan air. Dalam hal ini
japa mantra itu dapat
mengeluarkan aliran kesadaran rohani
yang membuat akal jadi cair, cerdas
sehingga keluar ide-ide atau
wawasan.
Gangga punya kepanjangan
“pegangan/agama”. Dalam hal
ini ide-ide , wawasan
dan pengetahuan itu bisa dijadikan
pegangan hidup atau sebagai ajaran agama.
Ajaran agama itu
akan memelihara hidup
manusia bagaikan seorang ibu yang memelihara anak-anaknya.
15. LEMBU.
Lembu atau sapi
putih merupakan binatang yang
senantiasa menyertai gambar dewa siwa. Sapi
dipanjangkan menjadi “insapi diri”
dan kata lembu dipanjangkan menjadi “lembut”.
Dalam hal ini penekun kehidupan rohani adalah orang yang
insapi dirinya atau orang yang mencapai keinsapan diri sejati. Mereka mengenal jati dirinya iaitu
alam rohani sebagai sumber kesadaran atau keinsapan. Mereka juga
sadar akan kekurangannya maka
dari itu mereka tekun meditasi.
16. WARNA BIRU
Warna biru dari penggambaran kulit
dewa siwa merupakan
simbol budi murni
dari penekun spiritual sejati.
Budi murni tercapai setelah sejumlah memori dipikirannya ludes terbakar ditelan oleh nyala api
rohani.
Budi murni itu bagai langit biru karena
dilangit sudah tidak ada
awannya. Berjapa mantra,
bermeditasi itu proses untuk pemurnian
akal budi yang membuat kegelapan
pikiran jadi lenyap. Disaat budi murnilah cahaya Atma
memancar bagai matahari
bersinar terang. Dalam
kondisi budi murni cakrawala
luas dan pandangan jadi terang serta ilmiah.
17. KAILASA.
Kailasa secara mitos
merupakan puncak gunung tempat
dewa siwa bermeditasi. Tempatnya
ada disekitar pegunungan himalaya, india.
Kata
kailasa dipanjangkan menjadi
“karena ikhlas diperasaan.”. Hal ini
dapat diterangkan agar iman
sampai dipuncak iaitu pikiran
menemukan cahaya Atma, modalnya karena
ikhlas diperasaan saja.
Ikhlas
menerima kenyataan hidup dan memilih
menggunakan hidup tuk meditasi serta
ikhlas tidak memikirkan sukses. Melainkan jalani saja meditasinya. Soal sukses itu urusan sang
waktu saja..
LINGGAM SIWA
Linggam siwa
bentuknya berupa batu
bulat atau benda bulat seperti
bulat telur. Warnanya ada yang hitam ,
berwarna kuning emas atau bisa berwarna
putih. Yoninya dibuat sedemikian rupa agar
bola lingga tersebut dapat
diam diatasnya.
Bentuk siwa lingga
ini banyak dijumpai
dibelahan bumi ini sebagai bukti
ajaran siwa terbentang luas. Dalam prosesi
keagamaan para penyembah siwa
akan melakukan ritual pada
hari-harti tertentu. Ritual
itu masih berlanjut sampai
sekarang di daerah India yang sebagai pusat dari
ajaran siwaisme..
Di
daratan indocina tradisi
itu sudah tiada
semenjak agama buda
berkembang. Ritualnya digantikan
dengan ritual pada
patung budha. Diindonesia
sendiri semenjak islam
menyebar tentu ritual itu
ditiadakan.
Ritual keagamaan semenjak ajaran islam menyebar diganti
menjadi ritual mengelilingi
ka’bah dan mencium batu hitam.
Namanya ritual tetaplah
ritual walau berganti-ganti
agama. Apapun bentuk ritualnya tetaplah simbol. Dibalik
ritual sekiranya maknanya
yang utama. Kalau tanpa makna
simbol itu tidak terlalu bawa perubahan yang begitu berarti dalam
hidup.
Yoni dalam bahasa sanskerta
artinya wadah, atau tempat. Dalam
hal ini yoni dibuat sedemikian
rupa sebagai wadah agar lingga tersebut
dapat ditempatkan.
Pada
Pikiran yang dipilih sebagai
wadah tersebutlah cahaya Atma memancarkan cahayaNya,
memancarkan kebajikan, memancarkan kesucian dan memancarkan pengetahuan sejati..
Kehadiran seseorang yang pikirannya sebagai
yoni kesebuah tempat atau
Rumah maka tempat itu akan jadi tersucikan. Cahaya Atman
yang akan menyucikan..
YONI kepanjangannya “yogi murni”.
Seseorang yang melakukan yoga
yang pikirannya murni demi Atma
semata, merekalah disebut yogi murni.
Pada seorang yogi murnilah Atma duduk
dan memancarkan cahayaNya.
Duduknya Atma pada pikiran yogi murni, maka Atma atau Roh
akan berperan sebagai terang dunia.
Atma bersinar bagai matahari terbit
lenyapkan kegelapan dunia..
Pancaran Cahaya Atma
pada yogi murni tersebut memberi
perubahan besar dalam kehidupan. Sesuatu
yang gelap, tahayul , mitos jadi
terbuka. Seseorang yang terlahir sebagai
yogi murni langka sekali muncul
kebumi.
Atma
memancarkan cahayanya
bagai matahari pada seorang yogi
murni yang dijadikan yoni atau
wadahnya..
Dihubungkan dengan
arti kata, maka
lingga siwa berarti lambang
kebajikan. Lingga siwa
hanya lambang kebajikan. Aslinya
adalah Roh atau Atma diam
bersinar dipikiran yang hening atau
diam saat bermeditasi itulah sumber kebajikan.
Saat itu cahaya Atma
langsung memancar menyucikan alam
sekitar.
KATA PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa penulis persembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha pengasih
dan Penyayang karena atas kasihNya penulis
dapat menyusun buku ini.
Buku ini yang berjudul
Meditasi dewa siwa sebagai
ajaran kerohanian modern
isinyanya hanya berupa
nilai filsafat dari seluruh
astribut dewa siwa. Ajaran meditasi siwa
ada pada nilai filsafat astribut
tersebut..
Melalui asrtibut
tersebut siapapun juga dapat menjadikannya petunjuk untuk menekuni kerohanian. Demikian
sekilas dari isi buku ini bagi yang ingin tahu
bagai mana ajaran meditasi siwa silahkan
selengkapnya baca buku ini.
Wanasari 5 Mei 2018
Penulis
Terima kasih telah membagi pengalaman dan ilmu kpd yg mencari kesejatian. Semoga berkah menyertai penulis
BalasHapusMa kasih telah membacanya..
BalasHapus