Minggu, 10 Juni 2018

ILMU PERANDA MODERN


KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur senantiasa kami haturkan kehadapan Ide Sang Hyang Widhi Wasa  karena atas kasih dan sayangnya  buku catatan kecil ini dapat tersusun.
Buku ini isinya berupa kajian ilmu filsafat tentang nilai-nilai yang terkandung dari astribut seorang peranda secara tradisional.  Nilai-nilai tersebut yang digali dijadikan ilmu peranda modern.
Lewat kajian ilmu peranda modern diharapkan umat dapat menjalankan agama dilandasi keilmuan yang bersifat ilmiah. Dilandasi keilmuan maka tujuan agama iaitu Dhama  mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari perlahan lahan. Demikianlah buku kecil ini dituliskan semoga bermanfaat
                                                        Wanasari  30 Mei 2017


                                                                       Penulis
I. PENDAHULUAN
Brahmana merupakan tingkat warna kehidupan manusia  yang tetinggi menurut ajaran Hindu. Kaum brahmana digambarkan lahir dari kepala Brahma sang pencipta.. Hal ini bermakna seorang  bisa mencapai tingkatan brahmana karena mereka menggunakan pikirannya untuk mentaati ajaran agama, ingat Tuhan.
Dibali  gelar  keluarga brahmana kalau mensucikan diri untuk  menjadi orang suci disebut  dengan nama Peranda atau pedanda dan gelar bagi kaum brahmananya adalah ide bagus.. Dibalik gelar kesucian dan sebutan tersebut ada maknanya.
Makna atau nilai filsafat peranda tersebut yang diambil sebagai ilmu peranda modern. Dari segi keilmuan semua orang bisa menjadi peranda... Orang sudrapun atau manusia tanpa warna bisa menjadi peranda..
Demi sebuah kebangkitan hidup menuju masa depan yang lebih baik  agar mencapai masa keemasan sudah selayaknya semuanya meningkat menjadi seorang peranda. Dengan menjadi seorang  peranda  maka perbuatan manusiapun bisa berlandaskan darma.
Moksartham jagathita ya ca iti dharma. Kata ya ca iti darma diartikan karena Dharma,  kata jagathita diartikan  dunia harmonis, moksartham diartikan  bebas dari kekelaman. Bila digabung  terjemahannya menjadi “karena dharma dunia jadi harmonis terbebas dari kekelaman”
Jadi intinya karena dharma dunia jadi  harmonis terbebas dari kekelaman.. Karena dunia hanya bisa harmonis  dilandasi dharma maka dari itu semuanya masyarakat harus mau jadi peranda.. Berlandaskan keilmuan atau pendidikan semua orang berhak menjadi peranda asalkan ada kemauan itu saja intinya.
Kalaupun keluarga Brahmana jika tidak mau terapkan ilmu peranda modern maka mereka  menjadi kaum brahmana yang tidak berkembang pemahaman agamanya.. Mereka  tatap sebagai brahmana kelahiran fisik  sebagai pahala dari kelahiran terdahulunya taat pada dharma agama..
II. MENGENAL ILMU PERANDA  MODERN
Berdasarkan kajian ilmu filsafat, ilmu peranda modern itu sangat sederhana sekali.. Ilmunya bersumber dari kepanjangan kata peranda, kata ketu dan makna tasbih serta benang suci yang melingkar ditubuh seorang peranda secara tradisional. Ilmu peranda modern tersebut adalah:
1.     MAKNA PERANDA.
Makna  kata peranda diperoleh dari kepanjangan kata peranda iaitu “ perankan darma agama”.  Sesuai kepanjangan kata peranda  tersebut untuk  menjadi seorang peranda intinya seseorang mau perankan dharma agama dalam sehari-hari..
Dharma agama tersebut adalah sembahyang,  rajin ingat Tuhan dalam hidup sehari-hari tiada henti.. Memerankan sembahyang ingat  Tuhan dalam sehari-hari itu tandanya seseorang sudah menjadi  peranda.

Pedanda nama lain dari peranda. Pedanda diambil dari kata dasar  danda dalam bahasa sanskerta yang artinya tongkat. Dalam hal ini darma agama iaitu sembahyang ingat Tuhan itu merupakan tongkat untuk menopang mental agar bisa tegak  dijalan darma dalam hidup sehari-hari.
Pedanda secara keilmuan  berarti seorang  pemegang tongkat darma agama. Tongkat darma agama itu merupakan penopang seseorang yang lumpuh dalam darma.. Dengan bantuan  tongkat darma agama akan membantu seseorang melangkah didunia ini bisa berlandaskan darma perlahan-lahan.

2.     MAKNA KETU DIKEPALA.
Mahkota seorang peranda  secara tradisi disebut ketu. Ketu ditempatkan dikepala dan kepala tempat pikiran manusia. Ketu bermakna  “ketuhan”.. Dalam  hal ini pikiran dibawa ketuhan. Membawa pikiran ketuhan itu merupakan wujud nyata dari orang yang perankan dharma  agama..
Melalui mengarahkan pikiran ketuhan  dengan tulus  akan membuat pikiran  diterangi oleh sinar suci Tuhan.. Dalam pancaran sinar suci Tuhan membuat pikiran jadi terang.. Dari pikiran terang membuat perilaku bisa selaras dengan darma. Sinar suci Tuhan yang menuntun manusia   dijalan dharma.


3.  LILITAN TASBIH ATAU JAPA MALA DIBADAN..
Tubuh seorang pedanda secara tradisi biasanya dililiti tasbih atau japa mala lebih dari satu. Japamala atau tasbih itu sarana untuk melakukan japa mantra.
Satu  kalungan tasbih itu biasanya terdiri dari 108 biji-bijian.
 Kalau ada lima tasbih  itu berarti seseorang dalam membawa pikirannya ketuhan dalam sekali duduk  harus memutar tasbihnya sampai lima kali.  Lima dikali 108 biji tasbih sama dengan 540x.   Hal itu berarti seseorang dalam sekali duduk mengucapkan  mantra sampai 540kali..
Secara tradisi kebrahmanaan,  mantra yang diulang-ulang adalah gayatri mantra..  Bagi pemula bisa mengucapkan mantra-mantra  atau nama Tuhan lainnya  yang pendek-pendek..
Japa mantra  itu berarti  mengucapkan mantra atau nama Tuhan berulang-ulang..Mantra itu diulang-ulang untuk menggiring pikiran  atau membawa pikiran  Tuhan
Sesuai makna peranda, ketu dan tasbih tersebut, ilmu peranda modern  intinya adalah perankan dharma agama dengan membawa pikiran ketuhan sambil memegang tasbih untuk berjapa mantra.  Japa mantra tersebut berfungsi untuk menggiring pikiran menuju Tuhan atau agar ingatan semakin kuat keTuhan.
Mantra  atau nama Tuhan yang diulang-ulang  itu yang mengantarkan pikiran agar sampai menuju Tuhan. seperti tasbih yang melingkari tubuh peranda, sekiranya  japa mantra itu yang mengikat pikiran agar bisa sampai padaTuhan.
Kalau pikiran tidak diikat dengan mantra,  pikirannya cenderung liar tak mau diam. Karena itu pikiran harus diikat dengan japa mantra. Setelah diikat dengan mantra maka perlahan-lahan pikiran jadi diam. Setelah diam, hening barulah pikiran sampai pada Tuhan.
Tuhan akan hadir disaat pikiran diam dalam wujud pancaran cahaya atau memakai astribut wujud dewa-dewi.. Kehadiran cahaya atau wujud dewa-dewi semuanya sama iaitu membuat pikiran jadi terang...
Japa mantra  sebaiknya dilakukan  setiap  hari  iaitu pada saat pagi dan sore hare secara konsisten. Bila ada waktu  bisa  pula ditambah pada jam-jam lainnya.

4.  BENANG PUTIH,
7
Benang putih melingkari tubuh seorang peranda itu simbol guna satwam yang melingkari  atau membungkus pikiran. Mantra atau nama Tuhan itu mengandung sifat satwam. Mantra yang diulang-ulang setiap hari akan membuat  guna satwam semakin bertambah dan  menumpuk dipikiran.
Semakin banyak mantra diucapkan  maka semakin bertambah guna satwam melingkari atau membungkus pikiran.. Dalam hal ini berjapamantra itu merupakan proses pengisian guna satwam dipikiran. Pengisian guna satwam merupakan sesuatu yang penting bagi manusia. Pengisian guna satwam itu  merupakan suatu cara pengisian akal budi agar jadi orang berakal. Pengisian akal ini sama dengan proses pengisian buah-buahan.
Setelah berisi dan matang maka  buah itupun bisa dinikmati.. Begitu pula bila akal diisi dengan japa mantra dan setelah berisi disinari oleh cahaya Tuhan akan membuat akal jadi matang. Setelah matang akal yang penuh guna satwam  itupun  bisa berguna bagi seseorang..
Berbuat diladasi darma  itu merupakan manfaat  utama dari akal yang berisi guna satwam. Sesuai proses pengisian akal luhur tersebut, sekiranya manusia dapat berbuat dilandasi darma bila pikirannya  diisi dengan guna satwam.
 Japa mantra merupakan  sebuah cara untuk mengisi kan sifat satwam dipikiran dan japa mantra itu merupakan cara paling singkat untuk memerankan dharma agama atau  kewajiban agama. Japa mantra  merupakan inti ilmu agama.
Agama tanpa ilmu lumpuh bagai fisik sudah renta..Agar moral dharma tidak lumpuh ilmu agama iaitu japa mantra tongkatnya...fisik yang lemah juga bisa ditopang dengan japa mantra.

5.  IDE BAGUS.
Gelar keluarga  brahmana dibali disebut  “ide Bagus”.. Ide  bagus itu bermakna  “ide-ide bagus”.Dalam hal ini  bila dipikiran  banyak tabungan guna satwam maka akan keluar ide-ide yang bagus. Ide-ide  filsafat agama keluar dari pikiran yang penuh guna satwam.
Ide-ide merancang tehnik kerja, teknih mesin  atau teknologi juga keluar dari pikiran yang dipenuhi guna satwam. Jadi orang berakal dan cerdas itu semua datangnya dari tabungan guna satwam yang banyak..
Orang-orang kulit putih atau orang eropa umumnya mereka semua terlahir dengan pikiran dipenuhi sifat satwam. Karena itulah orang eropa kebanyakan ide-idenya bagus. Banyak ilmuan terlahir dieropa..
Kalaupun orang barat disebut atheis  tetapi mereka tetap lebih unggul karena mereka terlahir sudah berbekal tabungan sifat satwam yang tinggi.. Tuhan memilihkan tempat kelahiran yang tepat bagi mereka yang suka perankan dharma agama..
Orang-orang yang tidak perankan darma agama atau peraktekkan ajaran diluar dharma agama dilahirkan oleh alam disebuah negeri yang mayoritas kurang cerdas...


III. DWIJATI
Eka jati diartikan lahir satu kali iaitu kelahiran seseorang dari rahim ibunya.. Kelahiran semacam ini dalam kisah mahabharata digambarkan kelahiran manusia berasal dari segumpal darah seperti kelahiran  Duryodana  dan saudara-saudaranya..
Kelahiran segumpal darah itu simbol manusia yang terlahir karena dilandasi nafsu asmara semata...Dristarata yang buta melambangkan seorang ayah buta akan pengetahuan agama. Dewi gandari simbol dari seorang ibu yang sengaja menutup matanya untuk membaca kitab suci.
Orang tua semacam inilah yang melahirkan anak setelah besar seperti duryodana yang hanya dilandasi nafsu. Hidup hanya dilandasi nafsu membuat manusia serakah dan mengabaikan dharma..
Dwijati   diartikan kelahiran dua kali iaitu manusia yang terlahir untuk berpegang pada dharma dan menerapkan ilmu peranda dalam hidup sehari-hari... Manusia yang terlahir dua kali adalah manusia yang dituntun oleh kitab suci dan binaan  gurus piritual(ikut perguruan rohani).
Dharmawangsa sebagai putra pandu   merupakan gambaran dari anak manusia yang terlahir dua kali. Nama Dharmawangsa menunjukkan  kelahiran anak bangsa yang berpegang pada darma. Mereka terlahir bukan karena hubungan  nafsu asmara semata.  Mereka terlahir karena mantra dari seorang ibu kunti.
Hal ini dapat dimaknai bahwa jiwa yang berpegang  pada darma itu terlahir karena  dilandasi mantra.  Dalam hal ini  tekun berjapamantra setiap hari sampai ratusan bahkan sampai ribuan kali itu yang dapat membuat prilaku tetap berpegang pada Dharma.
Pandu merupakan sebuah kata yang menunjukkan orang yang berpegang pada Dharma  sebagai seorang pandu  atau sebagai pemandu agar dunia harmonis(jagadhita)  terbebas dari kekelaman(moksartam).
Selanjutnya  ada juga istilah trijati yang dapat diartikan sebagai kelahiran ketiga.. Kelahiran ketiga merupakan gambaran seseorang anak manusia  mampu mengeluarkan ilmu pengetahuan sejati  dari dirinya sendiri.
Kelahiran ketiga sungguh langka adanya, jangankan kelahiran ketiga, kelahiran keduapun langka sekali.. Manusia didunia kebanyakan baru mencapai tingkat kelahiran pertama.. Pada kelahiran pertama  manusia kebanyakan seperti duryodana, dussasana, satyaki dan lain-lainnya..
Dengan berpegang pada ilmu peranda modern manusia dituntun menuju kelahiran dua kali iaitu suatu kelahiran yang memungkinkan seseorang perlahan-lahan bisa berpegang pada dharma.  Berpegang pada dharma membuat dunia harmonis terbebas dari kekelaman itulah tujuan utama dari menerapkan dharma agama yang ilmiah..
IV.YAJNA UTAMA.
Menerapkan  ilmu peranda modern dalam hidup sehari hari dengan berjapa mantra ingat Tuhan, itu berarti seseorang sudah melakukan Yajna. Bahkan disebutkan japa mantra merupakan yajna yang sangat  utama.. Keutamaan japa mantra tersebut disebutkan oleh sloka berikut:
Ye pakayajnaccatwaro
Widhi yadna samanwitah
sarwete jape yajnasya kalam
narhanti sodacim (MDS II-83)
Artinya
Keempat jenis paka yajna atau kurban yang ditetapkan weda yang tak ternilai bandingnya  dibandingkan dengan keenambelas yajna itu adalah yajna yang terdiri dari pengucapan japa mantra.
Pada ayat/sloka diatas disebutkan didalam kitab veda ditetapkan berbagai jenis yajna. Ada paka yajna iaitu lima yajna untuk para dewa, untuk arwah orang meninggal, untuk para buta,manusia dan yajna untuk brahmana dan keseluruhannya disebutkan ada enambelas jenis yajna/kurban suci.
Dibandingkan  dengan sejumlah yajna tersebut diatas, yajna  yang terdiri dari pegucapan japa mantra itu yang tiada bandingnya. Japamantra  nilainya lebih utama dari yajna-yajna yang ditetapkan oleh weda..Keutamaan nilai dari japamantra lebih lanjut dinyatakan didalam sloka berikut:
Widhi yajnajjapayajno  wicisto dacabhir  gunaih,
upamcuh syacchatagunah saharso manasah smrtah(MDS II-85)
Artinya:
Upacara Yajna yang terdiri atas pengucapan japamantra adalah sepuluh kali lebih berfaedah dari pada melakukan upacara menurut aturan weda; Japamantra tak terdengar oleh orang lain, seratus kali jauh  lebih baik dan pengucapan dalam batin mantra suci seribu kali lebih kebaikannya..
Sesuai sloka diatas telah disebutkan yajna berupa japa mantra mamfaatnya sepuluh kali dari bikin upacara .  Selain lebih berfaedah dari berbagai ragam upacara yajna, nilai japamantra juga menjadi  berlipat-lipat tergantung cara melaksanakannya.
Japamantra yang dilakukan tidak didengar oleh orang lain, termasuk tidak dilihat orang  disebutkan nilainya seratus kali jauh lebih baik.  Japa mantra didalam batin disebutkan seribu kali kebaikannya dibandingkan  dengan  berbagai jenis upacara yang terdapat dalam weda.
Demikianlah keutamaan japamantra tersebut.. Japa mantra didalam diri  berguna untuk megorbankan kama yang melahirkan sadripu.. Dengan dipotongnya kama dan anaknya iaitu sadripu maka  dari dalam diri muncul perilaku yang dilandasi dharma.
Kalau tidak dipotong kama atau nafsu dengan japa mantra maka  manusia akan seperti duryodana, Dussasana, satyaki dan yan lainnya..
V.FILSAFAT JARAN, KUDA.
Jaran  atau  kuda merupakan binatang yang sangat kuat dan penuh tenaga. Selain kuat  jaran merupakan binatang yang berguna bagi manusia  sebagai tunggangan yang bisa dipakai bepergian..Jaran juga  bisa  dipakai  pacuan karena larinya kencang.
Jaran yang kuat tersebut bila  didepan kata jaran ditambah hurup A   akan berubah menjadi “ajaran”. Kata ajaran dihubungkan dengan   fisik jaran yang kuat tersebut itu menerangkan bahwa jaran agama itu membantu  fisik manusia jadi lebih kuat..
Ajaran agama itu membantu mengantarkan seseorang untuk meraih tujuan dan ajaran agama  dapat memacu semangat untuk meraih  juara.. Hal ini seperti jaran bisa dipakai tunggangan dan sebagai pacuan..
Selanjutnya  cara yang tepat menerapkan ajaran agar tubuh bertambah kuat adalah sesuai kepanjangan kata jaran  iaitu “japa mantra rutin agar normal”..
Jadi cara menerapkan ajaran agama agar fisik bisa lebih kuat adalah dengan   berjapamantra  rutin tiap hari  agar  fisik normal.  Tenaga normal, ingatan normal dan kesadaran  juga jadi normal bila rutin berjapa mantra.
Kata Kuda  setiap hurupnya dipanjangkan menjadi “kekuatan utama  Dari Atma”..  Melalui ajaran agama manusia  mengenal bahwa kekuatan utama  itu sumbernya  dari Atma yang ada dihati. Atma itu  yang membuat manusia jadi hidup.. Atma itu energi abadi  dan energi atma  bisa diambil  dengan japa mantra  yang dilakukan rutin tiap hari..
Kata Kuda yang kedua dipanjangkan menjadi “kuncinya utamakan Dulu ajaran”..Untuk menyerap energi Atma dalam keseharian kuncinya dulukan ajaran iaitu berjapamantra.
Dalam hal ini ketika bangun pagi   seseorang harus mandi atau cucimuka, tangan dan kaki kemudian duduk berjapa mantra dan sesudah itu baru ngambil kerjaan.
Sorenya juga demikian sehabis kerja  seseorang  harus mandi atau bersih-bersih  kemudian lakukan japamantra  sesudah itu baru makan malam..
Rutin mendahulukan ajaran agama tiap hari  maka selain  memperoleh energi dari makanan dan minuman seseorang bisa menyerap energi dari Atma. Perpaduan energi makanan dan energi Atma akan membuat fisik jadi  lebih enerjik bertenaga seperti kuda..
BUDAYA  WATAK RUSA.
Rusa  sebuah binatang  dengan tanduk bercabang melambangkan watak manusia  yang rusak. Kata Rusa ditambah hurup K dibelakangnya menjadi RUSAK  sangat tepat sekali sebagai gambaran mental rusak.
Tanduk bercabang menyimbolkan pikiran dengan bermacam-macam keinginan yang dituruti sesuka hati asal ada kemampuan..Keinginan pada pikiran yang dituruti begitu saja itu yang membuat mental jadi rusak.
Kepercayaan watak rusak  ditujukkan oleh kepanjangan setiap hurup dari kata  Rusa  iaitu “Rajin upacara  sebagai Adat”..  Budaya  watak rusa   turun temurun  rajin berupacara sebagai adat istiadat  dan tidak  mau dirobah.
Tanduk  bila dipanjangkan menjadi “tidak mau tunduk”. Kalau mental sudah rusak   dan berupacara dianggap tradsisi yang syah secara turun temurun  disuruh berjapa mantra  tidak akan mau tunduk...Egonya tinggi  merasa  paling taat dengan tradisi  bagaikan kepala rusa  yang tinggi  ditambah tanduk.. Begitulah  budaya mental rusak.
Kalau mental  rusak  yang tinggi kepala    memang  susah   diberi pengertian.. karena itu  sebagai  orang mengerti  agama    lebih baik mengalah.  Tak  ada  gunanya  juga  terlihat  menang dihadapan orang mental  rusak. Kalau  kita  berusaha  ingin menang  dan   akan  tidak  disenangi.  Karena itu lebih baik mengalah  yang penting  tenaga  seger..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar