KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur senantiasa kami haturkan
kehadapan Ide Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas kasih dan sayangnya
buku catatan kecil ini dapat tersusun.
Buku ini isinya berupa kajian ilmu
filsafat tentang nilai-nilai yang terkandung dari astribut seorang peranda
secara tradisional. Nilai-nilai tersebut
yang digali dijadikan ilmu peranda modern.
Lewat kajian ilmu peranda modern
diharapkan umat dapat menjalankan agama dilandasi keilmuan yang bersifat
ilmiah. Dilandasi keilmuan maka tujuan agama iaitu Dhama mampu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
perlahan lahan. Demikianlah buku kecil ini dituliskan semoga bermanfaat
Wanasari 30 Mei 2017
Penulis
I. PENDAHULUAN
Brahmana merupakan tingkat warna
kehidupan manusia yang tetinggi menurut
ajaran Hindu. Kaum brahmana digambarkan lahir dari kepala Brahma sang
pencipta.. Hal ini bermakna seorang bisa
mencapai tingkatan brahmana karena mereka menggunakan pikirannya untuk mentaati
ajaran agama, ingat Tuhan.
Dibali gelar
keluarga brahmana kalau mensucikan diri untuk menjadi orang suci disebut dengan nama Peranda atau pedanda dan gelar
bagi kaum brahmananya adalah ide bagus.. Dibalik gelar kesucian dan sebutan
tersebut ada maknanya.
Makna atau nilai filsafat peranda
tersebut yang diambil sebagai ilmu peranda modern. Dari segi keilmuan semua
orang bisa menjadi peranda... Orang sudrapun atau manusia tanpa warna bisa
menjadi peranda..
Demi sebuah kebangkitan hidup menuju
masa depan yang lebih baik agar mencapai
masa keemasan sudah selayaknya semuanya meningkat menjadi seorang peranda.
Dengan menjadi seorang peranda maka perbuatan manusiapun bisa berlandaskan
darma.
Moksartham jagathita ya ca iti
dharma. Kata ya ca iti darma diartikan karena Dharma, kata jagathita diartikan dunia harmonis, moksartham diartikan bebas dari kekelaman. Bila digabung terjemahannya menjadi “karena dharma dunia
jadi harmonis terbebas dari kekelaman”
Jadi intinya karena dharma dunia
jadi harmonis terbebas dari kekelaman..
Karena dunia hanya bisa harmonis dilandasi dharma maka dari itu semuanya
masyarakat harus mau jadi peranda.. Berlandaskan keilmuan atau pendidikan semua
orang berhak menjadi peranda asalkan ada kemauan itu saja intinya.
Kalaupun keluarga Brahmana jika tidak
mau terapkan ilmu peranda modern maka mereka
menjadi kaum brahmana yang tidak berkembang pemahaman agamanya.. Mereka tatap sebagai brahmana kelahiran fisik sebagai pahala dari kelahiran terdahulunya
taat pada dharma agama..
II. MENGENAL ILMU
PERANDA MODERN
Berdasarkan kajian ilmu filsafat,
ilmu peranda modern itu sangat sederhana sekali.. Ilmunya bersumber dari
kepanjangan kata peranda, kata ketu dan makna tasbih serta benang suci yang
melingkar ditubuh seorang peranda secara tradisional. Ilmu peranda modern
tersebut adalah:
1. MAKNA PERANDA.
Makna kata peranda
diperoleh dari kepanjangan kata peranda iaitu “ perankan darma agama”. Sesuai kepanjangan kata peranda tersebut untuk menjadi seorang peranda intinya seseorang mau
perankan dharma agama dalam sehari-hari..
Dharma agama tersebut adalah sembahyang, rajin ingat Tuhan dalam hidup sehari-hari
tiada henti.. Memerankan sembahyang ingat
Tuhan dalam sehari-hari itu tandanya seseorang sudah menjadi peranda.
Pedanda nama lain dari peranda. Pedanda diambil dari kata dasar danda dalam bahasa sanskerta yang artinya tongkat.
Dalam hal ini darma agama iaitu sembahyang ingat Tuhan itu merupakan tongkat
untuk menopang mental agar bisa tegak
dijalan darma dalam hidup sehari-hari.
Pedanda secara keilmuan
berarti seorang pemegang tongkat
darma agama. Tongkat darma agama itu merupakan penopang seseorang yang lumpuh
dalam darma.. Dengan bantuan tongkat
darma agama akan membantu seseorang melangkah didunia ini bisa berlandaskan
darma perlahan-lahan.
2. MAKNA KETU DIKEPALA.
Mahkota seorang peranda
secara tradisi disebut ketu. Ketu ditempatkan dikepala dan kepala tempat
pikiran manusia. Ketu bermakna
“ketuhan”.. Dalam hal ini pikiran
dibawa ketuhan. Membawa pikiran ketuhan itu merupakan wujud nyata dari orang
yang perankan dharma agama..
Melalui mengarahkan pikiran ketuhan dengan tulus
akan membuat pikiran diterangi
oleh sinar suci Tuhan.. Dalam pancaran sinar suci Tuhan membuat pikiran jadi
terang.. Dari pikiran terang membuat perilaku bisa selaras dengan darma. Sinar
suci Tuhan yang menuntun manusia
dijalan dharma.
3. LILITAN TASBIH ATAU JAPA MALA
DIBADAN..
Tubuh seorang pedanda secara tradisi biasanya dililiti tasbih
atau japa mala lebih dari satu. Japamala atau tasbih itu sarana untuk melakukan
japa mantra.
Satu kalungan tasbih itu biasanya terdiri dari 108
biji-bijian.
Kalau ada lima tasbih itu berarti seseorang dalam membawa
pikirannya ketuhan dalam sekali duduk
harus memutar tasbihnya sampai lima kali. Lima dikali 108 biji tasbih sama dengan
540x. Hal itu berarti seseorang dalam
sekali duduk mengucapkan mantra sampai
540kali..
Secara tradisi kebrahmanaan,
mantra yang diulang-ulang adalah gayatri mantra.. Bagi pemula bisa mengucapkan
mantra-mantra atau nama Tuhan
lainnya yang pendek-pendek..
Japa mantra itu
berarti mengucapkan mantra atau nama
Tuhan berulang-ulang..Mantra itu diulang-ulang untuk menggiring pikiran atau membawa pikiran Tuhan
Sesuai makna peranda, ketu dan tasbih tersebut, ilmu peranda
modern intinya adalah perankan dharma
agama dengan membawa pikiran ketuhan sambil memegang tasbih untuk berjapa
mantra. Japa mantra tersebut berfungsi
untuk menggiring pikiran menuju Tuhan atau agar ingatan semakin kuat keTuhan.
Mantra atau nama Tuhan
yang diulang-ulang itu yang mengantarkan
pikiran agar sampai menuju Tuhan. seperti tasbih yang melingkari tubuh peranda,
sekiranya japa mantra itu yang mengikat
pikiran agar bisa sampai padaTuhan.
Kalau pikiran tidak diikat dengan mantra, pikirannya cenderung liar tak mau diam.
Karena itu pikiran harus diikat dengan japa mantra. Setelah diikat dengan
mantra maka perlahan-lahan pikiran jadi diam. Setelah diam, hening barulah
pikiran sampai pada Tuhan.
Tuhan akan hadir disaat pikiran diam dalam wujud pancaran
cahaya atau memakai astribut wujud dewa-dewi.. Kehadiran cahaya atau wujud
dewa-dewi semuanya sama iaitu membuat pikiran jadi terang...
Japa mantra sebaiknya
dilakukan setiap hari
iaitu pada saat pagi dan sore hare secara konsisten. Bila ada waktu bisa
pula ditambah pada jam-jam lainnya.
4. BENANG PUTIH,
7
|
Semakin banyak mantra diucapkan maka semakin bertambah guna satwam melingkari
atau membungkus pikiran.. Dalam hal ini berjapamantra itu merupakan proses
pengisian guna satwam dipikiran. Pengisian guna satwam merupakan sesuatu yang
penting bagi manusia. Pengisian guna satwam itu
merupakan suatu cara pengisian akal budi agar jadi orang berakal.
Pengisian akal ini sama dengan proses pengisian buah-buahan.
Setelah berisi dan matang maka buah itupun bisa dinikmati.. Begitu pula bila
akal diisi dengan japa mantra dan setelah berisi disinari oleh cahaya Tuhan
akan membuat akal jadi matang. Setelah matang akal yang penuh guna satwam itupun
bisa berguna bagi seseorang..
Berbuat diladasi darma
itu merupakan manfaat utama dari
akal yang berisi guna satwam. Sesuai proses pengisian akal luhur tersebut, sekiranya
manusia dapat berbuat dilandasi darma bila pikirannya diisi dengan guna satwam.
Japa mantra
merupakan sebuah cara untuk mengisi kan
sifat satwam dipikiran dan japa mantra itu merupakan cara paling singkat untuk
memerankan dharma agama atau kewajiban
agama. Japa mantra merupakan inti ilmu
agama.
Agama tanpa ilmu lumpuh bagai fisik sudah renta..Agar moral
dharma tidak lumpuh ilmu agama iaitu japa mantra tongkatnya...fisik yang lemah
juga bisa ditopang dengan japa mantra.
5. IDE BAGUS.
Gelar keluarga
brahmana dibali disebut “ide
Bagus”.. Ide bagus itu bermakna “ide-ide bagus”.Dalam hal ini bila dipikiran banyak tabungan guna satwam maka akan keluar
ide-ide yang bagus. Ide-ide filsafat
agama keluar dari pikiran yang penuh guna satwam.
Ide-ide merancang tehnik kerja, teknih mesin atau teknologi juga keluar dari pikiran yang
dipenuhi guna satwam. Jadi orang berakal dan cerdas itu semua datangnya dari
tabungan guna satwam yang banyak..
Orang-orang kulit putih atau orang eropa umumnya mereka semua
terlahir dengan pikiran dipenuhi sifat satwam. Karena itulah orang eropa
kebanyakan ide-idenya bagus. Banyak ilmuan terlahir dieropa..
Kalaupun orang barat disebut atheis tetapi mereka tetap lebih unggul karena
mereka terlahir sudah berbekal tabungan sifat satwam yang tinggi.. Tuhan
memilihkan tempat kelahiran yang tepat bagi mereka yang suka perankan dharma
agama..
Orang-orang yang tidak perankan darma agama atau peraktekkan
ajaran diluar dharma agama dilahirkan oleh alam disebuah negeri yang mayoritas
kurang cerdas...
III. DWIJATI
Eka jati diartikan lahir satu kali
iaitu kelahiran seseorang dari rahim ibunya.. Kelahiran semacam ini dalam kisah
mahabharata digambarkan kelahiran manusia berasal dari segumpal darah seperti
kelahiran Duryodana dan saudara-saudaranya..
Kelahiran segumpal darah itu simbol
manusia yang terlahir karena dilandasi nafsu asmara semata...Dristarata yang
buta melambangkan seorang ayah buta akan pengetahuan agama. Dewi gandari simbol
dari seorang ibu yang sengaja menutup matanya untuk membaca kitab suci.
Orang tua semacam inilah yang
melahirkan anak setelah besar seperti duryodana yang hanya dilandasi nafsu.
Hidup hanya dilandasi nafsu membuat manusia serakah dan mengabaikan dharma..
Dwijati diartikan kelahiran dua kali iaitu manusia
yang terlahir untuk berpegang pada dharma dan menerapkan ilmu peranda dalam
hidup sehari-hari... Manusia yang terlahir dua kali adalah manusia yang
dituntun oleh kitab suci dan binaan
gurus piritual(ikut perguruan rohani).
Dharmawangsa sebagai putra pandu merupakan gambaran dari anak manusia yang
terlahir dua kali. Nama Dharmawangsa menunjukkan kelahiran anak bangsa yang berpegang pada
darma. Mereka terlahir bukan karena hubungan
nafsu asmara semata. Mereka
terlahir karena mantra dari seorang ibu kunti.
Hal ini dapat dimaknai bahwa jiwa
yang berpegang pada darma itu terlahir
karena dilandasi mantra. Dalam hal ini
tekun berjapamantra setiap hari sampai ratusan bahkan sampai ribuan kali
itu yang dapat membuat prilaku tetap berpegang pada Dharma.
Pandu merupakan sebuah kata yang
menunjukkan orang yang berpegang pada Dharma
sebagai seorang pandu atau
sebagai pemandu agar dunia harmonis(jagadhita)
terbebas dari kekelaman(moksartam).
Selanjutnya ada juga istilah trijati yang dapat diartikan
sebagai kelahiran ketiga.. Kelahiran ketiga merupakan gambaran seseorang anak
manusia mampu mengeluarkan ilmu
pengetahuan sejati dari dirinya sendiri.
Kelahiran ketiga sungguh langka
adanya, jangankan kelahiran ketiga, kelahiran keduapun langka sekali.. Manusia
didunia kebanyakan baru mencapai tingkat kelahiran pertama.. Pada kelahiran
pertama manusia kebanyakan seperti
duryodana, dussasana, satyaki dan lain-lainnya..
Dengan berpegang pada ilmu peranda
modern manusia dituntun menuju kelahiran dua kali iaitu suatu kelahiran yang
memungkinkan seseorang perlahan-lahan bisa berpegang pada dharma. Berpegang pada dharma membuat dunia harmonis
terbebas dari kekelaman itulah tujuan utama dari menerapkan dharma agama yang
ilmiah..
IV.YAJNA UTAMA.
Menerapkan ilmu peranda modern dalam hidup sehari hari
dengan berjapa mantra ingat Tuhan, itu berarti seseorang sudah melakukan Yajna.
Bahkan disebutkan japa mantra merupakan yajna yang sangat utama.. Keutamaan japa mantra tersebut
disebutkan oleh sloka berikut:
Ye
pakayajnaccatwaro
Widhi
yadna samanwitah
sarwete
jape yajnasya kalam
narhanti sodacim (MDS II-83)
Artinya
Keempat jenis paka yajna atau kurban
yang ditetapkan weda yang tak ternilai bandingnya dibandingkan dengan keenambelas yajna itu
adalah yajna yang terdiri dari pengucapan japa mantra.
Pada ayat/sloka diatas disebutkan
didalam kitab veda ditetapkan berbagai jenis yajna. Ada paka yajna iaitu lima
yajna untuk para dewa, untuk arwah orang meninggal, untuk para buta,manusia dan
yajna untuk brahmana dan keseluruhannya disebutkan ada enambelas jenis
yajna/kurban suci.
Dibandingkan dengan sejumlah yajna tersebut diatas,
yajna yang terdiri dari pegucapan japa
mantra itu yang tiada bandingnya. Japamantra
nilainya lebih utama dari yajna-yajna yang ditetapkan oleh
weda..Keutamaan nilai dari japamantra lebih lanjut dinyatakan didalam sloka
berikut:
Widhi
yajnajjapayajno wicisto dacabhir gunaih,
upamcuh syacchatagunah saharso manasah smrtah(MDS II-85)
Artinya:
Upacara Yajna yang terdiri atas
pengucapan japamantra adalah sepuluh kali lebih berfaedah dari pada melakukan
upacara menurut aturan weda; Japamantra tak terdengar oleh orang lain, seratus
kali jauh lebih baik dan pengucapan
dalam batin mantra suci seribu kali lebih kebaikannya..
Sesuai sloka diatas telah disebutkan
yajna berupa japa mantra mamfaatnya sepuluh kali dari bikin upacara . Selain lebih berfaedah dari berbagai ragam
upacara yajna, nilai japamantra juga menjadi
berlipat-lipat tergantung cara melaksanakannya.
Japamantra yang dilakukan tidak
didengar oleh orang lain, termasuk tidak dilihat orang disebutkan nilainya seratus kali jauh lebih
baik. Japa mantra didalam batin
disebutkan seribu kali kebaikannya dibandingkan
dengan berbagai jenis upacara
yang terdapat dalam weda.
Demikianlah keutamaan japamantra
tersebut.. Japa mantra didalam diri
berguna untuk megorbankan kama yang melahirkan sadripu.. Dengan dipotongnya
kama dan anaknya iaitu sadripu maka dari
dalam diri muncul perilaku yang dilandasi dharma.
Kalau tidak dipotong kama atau nafsu
dengan japa mantra maka manusia akan
seperti duryodana, Dussasana, satyaki dan yan lainnya..
V.FILSAFAT JARAN, KUDA.
Jaran
atau kuda merupakan binatang yang
sangat kuat dan penuh tenaga. Selain kuat
jaran merupakan binatang yang berguna bagi manusia sebagai tunggangan yang bisa dipakai
bepergian..Jaran juga bisa dipakai
pacuan karena larinya kencang.
Jaran yang kuat tersebut bila didepan kata jaran ditambah hurup A akan berubah menjadi “ajaran”. Kata ajaran
dihubungkan dengan fisik jaran yang kuat
tersebut itu menerangkan bahwa jaran agama itu membantu fisik manusia jadi lebih kuat..
Ajaran agama itu membantu
mengantarkan seseorang untuk meraih tujuan dan ajaran agama dapat memacu semangat untuk meraih juara.. Hal ini seperti jaran bisa dipakai
tunggangan dan sebagai pacuan..
Selanjutnya cara yang tepat menerapkan ajaran agar tubuh
bertambah kuat adalah sesuai kepanjangan kata jaran iaitu “japa mantra rutin agar normal”..
Jadi cara menerapkan ajaran agama
agar fisik bisa lebih kuat adalah dengan
berjapamantra rutin tiap
hari agar fisik normal.
Tenaga normal, ingatan normal dan kesadaran juga jadi normal bila rutin berjapa mantra.
Kata Kuda setiap hurupnya dipanjangkan menjadi
“kekuatan utama Dari Atma”.. Melalui ajaran agama manusia mengenal bahwa kekuatan utama itu sumbernya
dari Atma yang ada dihati. Atma itu
yang membuat manusia jadi hidup.. Atma itu energi abadi dan energi atma bisa diambil
dengan japa mantra yang dilakukan
rutin tiap hari..
Kata Kuda yang kedua dipanjangkan
menjadi “kuncinya utamakan Dulu ajaran”..Untuk menyerap energi Atma dalam
keseharian kuncinya dulukan ajaran iaitu berjapamantra.
Dalam hal ini ketika bangun pagi seseorang harus mandi atau cucimuka, tangan
dan kaki kemudian duduk berjapa mantra dan sesudah itu baru ngambil kerjaan.
Sorenya juga demikian sehabis
kerja seseorang harus mandi atau bersih-bersih kemudian lakukan japamantra sesudah itu baru makan malam..
Rutin mendahulukan ajaran agama tiap
hari maka selain memperoleh energi dari makanan dan minuman
seseorang bisa menyerap energi dari Atma. Perpaduan energi makanan dan energi Atma
akan membuat fisik jadi lebih enerjik
bertenaga seperti kuda..
BUDAYA WATAK RUSA.
Rusa
sebuah binatang dengan tanduk
bercabang melambangkan watak manusia
yang rusak. Kata Rusa ditambah hurup K dibelakangnya menjadi RUSAK sangat tepat sekali sebagai gambaran mental
rusak.
Tanduk bercabang menyimbolkan pikiran
dengan bermacam-macam keinginan yang dituruti sesuka hati asal ada
kemampuan..Keinginan pada pikiran yang dituruti begitu saja itu yang membuat
mental jadi rusak.
Kepercayaan watak rusak ditujukkan oleh kepanjangan setiap hurup dari
kata Rusa iaitu “Rajin upacara sebagai Adat”.. Budaya
watak rusa turun temurun rajin berupacara sebagai adat istiadat dan tidak
mau dirobah.
Tanduk bila dipanjangkan menjadi “tidak mau tunduk”.
Kalau mental sudah rusak dan berupacara
dianggap tradsisi yang syah secara turun temurun disuruh berjapa mantra tidak akan mau tunduk...Egonya tinggi merasa
paling taat dengan tradisi
bagaikan kepala rusa yang
tinggi ditambah tanduk.. Begitulah budaya mental rusak.
Kalau mental rusak
yang tinggi kepala memang susah
diberi pengertian.. karena itu
sebagai orang mengerti agama
lebih baik mengalah. Tak ada
gunanya juga terlihat
menang dihadapan orang mental
rusak. Kalau kita berusaha
ingin menang dan akan
tidak disenangi. Karena itu lebih baik mengalah yang penting
tenaga seger..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar