I.PENDAHULUAN
Hari raya bila
dimaknai dalam kehidupan yang nyata
bahwa hari raya adalah suatu
hari dimana kehidupan
seseorang raya atau
berkelimpahan rahmat Tuhan,
berkelimpahan harta, berpengetahuan,
trampil , sehat fisik dan apa yang
diinginkannya mudah dicapai.
Hidup yang berkelimapah itulah sesungguhnya hari-hari
yang sungguh raya
yang dialami seseorang
dibumi.
Hidup yang raya
atau berkelipahan rahmat
Tuhan atau orang-orang yang berkelimpahan harta,
murah rejeki, cerdas dan berpengetahuan sesungguhnya
merekalah orang-orang yang meraih
kemenangan secara nyata.
Dimanapun orang-orang
yang berkelimpahan harta , cerdas
dan berpengetahuan dalam status
sosial kemasyarakatan posisinya
akan selalu diatas, Mereka akan
berpeluang jadi bos, majikan.
Bila seseorang menjadi bos, majikan, pejabat maka mereka
akan berada pada posisi yang menang
dibandingkan dengan orang-orang yang berperan jadikuli, petani atau buruh.Menjadi buruh atau kuli akan selalu
dalam posisi dalam perintah
majikan atau bos.
Orang-orang yang
terlahir berkelimpahan menurut
ajaran agama adalah
orang-orang yang banyak
tabungan karma baik. Mereka
terdahulunya rajin beragama dan tentunya mereka banyak bersedekah atau berpegang pada
Dharma(agama).
Adanya perayaan
hari raya galungan dan kuningan
sebagai hari raya kemenangan
sesungguhnya acara keagamaan tersebut untuk mengingatkan kepada
umat(Hindu) bahwa hidup
dijalan dharmalah yang memungkinkan seseorang kelak bisa
meraih kemenangan yang nyata
didalam hidup. Hidup berpegang pada dharma agamalah yang kelak dapat membuat hidup benar-benar
raya.
|
Rajin sembahyang, ingat Tuhan, melakukan puasa dan
suka beramal atau beryajna
itu merupakan wujud
dharma agama yang wajib
dilakukan agar suatu
saat bisa meraih kemenangan atau
sukses dalam hidup.
Kalau hidup
sudah berkelimpahan atau sudah
meraih posisi menang bila mengabaikan dharma agama maka kelak
dikemudian hari seseorang bisa
berada dalam posisi terkalahkan.
Dalam kelahiran berikutnya
mungkin terlahir jadi orang
kurang, cerdas, jadikuli atau jadi buruh sehingga
hidup dalam posisi dibawah perintah saja.
Hidup dibawah perintah adalah
hidup yang ada dalam posisi terkalahkan.
II. GALUNGAN SEBAGAI HARI KEMENANGAN
Pada hari penyekeban iaitu
dihari minggu disebutkan ada
tiga nama kala
yang menggoda manusia . Ketiga
kala itu adalah
kala Galungan, kala
dungulan dan kala amangkurat.
Dari ketiga kala tersebut hari
raya galungan tersebut
berasal dari kala
galungan. Kala menunjukkan
kekuatan alam semesta
yang menguasai seluruh manusia dibumi.
Dalam hal
ini adanya bantuan
sang kala galunganlah yang
membuat seseorang bisa meraih
kemenangan dalam hidup. Kala galungan
dalam weda adalah guna
satwam itu sendiri. Kala dungulannya sifat
rajas dan kala
amangkurat adalah sifat tamas.
Jadi Bila dihubungkan dengan
triguna, sekiranya galungan
sebagai hari kemenangan dharma
itu menunjuk pada adanya sifat
satwam yang memungkinkan dharma jadi
menang dalam prilaku seseorang.
Adanya sifat
satwam atau kala
galungan dalam mental dengan jumlah lebih banyak dibanding
sifat rajas dan tamas
yang memungkinkan dharma dalam perilaku menang mengalahkan sifat-sifat
adharma.
.
Sifat satwam atau
guna satwam adalah sebuah sifat yang tersusun
dari sifat-sifat suci, sifat
kebaikan, sifat kejujuran dan sifat
yang membuat manusia mau menjalankan ajaran agama.. Sifat sattwam
juga merupakan sifat alam yang memberi kekuatan, kecerdasan dan membuat
seseorang jadi terampil dan
berpengetahuan.
Karena sifat
satwam merupakan sifat yang memberi kekuatan, kecerdasan
dan pengetahuan maka kekuatan itu berpeluang memberi seseorang
kemenangan dalam hidup.
Sifat satwam itu yang memungkinkan seseorang
berpeluang menjadi seorang
bintang..
Menerapkan dharma
agama dalam hidup sehari-hari merupakan sebuah
upaya untuk menambah jumlah guna
satwam dimental agar kelak seseorang berpeluang jadi Bintang yang membawa mereka pada kemenangan yang nyata
dalam hidup.
Kemenangan yang
sejati dalam hidup yang melampaui kemenangan secara
duniawi adalah kemenangan
dalam prilaku yang berlandaskan
dharma. Agar mampu berprilaku
dalam dharma itu pentingnya dharma agama
diterapkan untuk meningkatkan
jumlah sifat satwam
dalam batin.
Jadi dihubungkan
dengan triguna hari raya
galungan sebagai hari
kemenagan itu menunjukkan adanya sifat
satwam yang dominan pada
seseorang yang dapat membawa kemenangan.
Galungan itu adalah sifat
satwam.
III. KUNINGAN
SIMBOL KECEMERLANGAN AKAL BUDI.
.
Galungan sebagai
wujud sifat satwam
maka kuningan merupakan
simbol kecemerlangan sinar suci
Tuhan bagaikan warna emas
yang kuning. Adanya sifat
satwam yang banyak memungkinkan
sinar suci Tuhan memancar dengan
cemerlang menerangi akal budi. Hal ini disebutkan
oleh sloka berikut:
Dari sini, sifat
sattwa memancar karena
kesuciannya, tanpa mengenal
penderitaan, dengan belenggu
kebahagiaan, dan ilmu pengetahuan,
wahai yang tanpa dosa,ArjunaBhagawadgita XIV-6)
Telah jelas menurut
sloka diatas dimana
dari sifat satwam
yang suci membuat sinar
suci Tuhan memancar. Pancaran sinar suci
Tuhan membuat pikiran cemerlang
dan nasib seseorang bisa jadi
gemilang. Jadi hari
raya galungan dan kuningan itu menunjukkan kesatuan
antara sifat satwam
dengan pancaran sinar suci
Tuhan. Dimana ada
sifat satwam yang banyak
disana sinar suci Tuhan
terpancar.
Menurut
sloka diatas juga
disebutkan bila sifat
satwam banyak membuat manusia jauh dari penderitaan. Karena itu
agar terbebas dari
penderitaan sekiranya perlu
diupayakan suatu aktivitas yang dapat meningkatkan guna satwam.
Setelah guna satwam meningkat
maka kehidupan sesorang
dipenuhi dengan
kebahagiaan dan tentunya mereka
jadi terampil dan
memiliki pengetahuan..
Orang-orang barat, orang jepang yang mayoritas cerdas
dan berpengetahuan merupakan orang-orang
yang terlahir berbekal guna
satwam yang lebih banyak.
Mereka yang memiliki sifat satwam
yang banyak dilahirkan
dinegara-negara yang
penduduknya kebanyakan cerdas.
Sementara orang-orang
yang terlahir dimentalnya
penuh sifat tamas
maka mereka dilahirkan
di sebuah negeri yang masyarakatnya kebayakan kurang
cerdas dan kurang terampil.
Alam yang telah mengatur sedemikian rupa..
Karena itu agar
hidup cemerlang bagai buah menguning tidak kegelapan penting sekali menambah sifat satwam dimental.
Menerapkan dharma agama iaitu ingat sembahyang, ingat mantra berulang-ulang(japa), baca kitab
suci, suka puasa,suka
beramal , suka bergotong
royong atau jadi relawan merupakan proses
untuk meningkatkan guna satwam
dalam mental.. Hanya
mementingkan pribadi saja
dan golongan atau pemuasan
nafsu itu hanya mengumpulkan sifat
tamas belaka.
Sifat tamas
membuat hidup jadi kegelapan,
kebingungan , cepat loyo
tak bertenaga dan umur
jadi pendek-pendek. Sifat tamas membuat tidak adanya pancaran sinar
suci yang cemerlang. Karena itu agar tidak
kegelapan, tidak kebingungan
manusia harus rajin sembahyang
rajin kegiatan sosial dan
kegiatan lainnya yang dapat membuat guna
satwam bertambah.
IV. MENINGKATKAN GUNA
SATWAM.
Guna satwam
dalam mental tidak
datang dengan sendirinya. Hal ini
sama dengan banyaknya
tabungan dibank tidak
datang begitu saja
melainkan seseorang harus menabung..
Begitu juga sifat satwam
tidak didapat begitu saja . banyaknya
sifat satwam yang bisa membawa
kemenangan itu perlu upaya.. Upaya-upaya
yang dapat dilakukan oleh
seseorang agar sifat satwam meningkat adalah
dengan menerapkan
makna-makna hari berikut :
1 . SUGIAN
2 . MELAKUKAN
penyekeban
3 . Penyajahan
4 . Penampahan
5 . Mendirikan
penjor....
6 . Pemacekan
I.
SUGIAN
Sugian bermakna
kesugian atau kekayaan.. Sugian ada
dua jenis iaitu sugian
bali dan sugian jawa. Sugian
bali menunjukkan kekayaan berupa
harta benda termasuk uang dan sugian
jawa menunjukkan kekayaan berupa
pengetahuan..
Kekayaan berupa
harta benda agar
kekayaan itu bisa meningkatkan guna
satwam sekiranya sebagian dari kekayaan itu digunakan untuk kepentingan
agama atau jalankan perintah
agama seperti bersedekah untuk kepentingan agama, kepentingan kemanusiaan dan kepentingan acara agama
serta termasuk untuk memperbanyak
kitab suci.
Selain bermodal kekayaan berupa harta benda
sekiranya kekayan berupa
pengetahuan agama itu yang memegang peranan utama untuk meningkatkan guna satwam
dimental. Melalui pengetahuan
disana didapat
petunjuk-petunjuk yang memungkinkan diperoleh pahala berupa
sifat satwam yang banyak..
Jadi demi meningkatnya guna
satwam kekayaan itu penting sehingga
kelak bisa meraih kemenangan.
Sama halnya didunia ini orang
yang berharap menang dalam pemilu
juga butuh modal..kalau tidak ada modal
tidak akan meraih kemenangan. Singkat
cerita agar bisa meraih kemenangan sekiranya
penting kumpulkan pahala yang
banyak.
Tak punya materi orang masih bisa menggunakan tenaganya tuk melakukan
amal kebajikan dan juga sifat-sifat
yang baik atau dharma
sebagai dasar untuk berbuat.
Upacara merebu disaat hari
sugian dimana kata
merebu dapat dimaknai menjadi “merbut”.
Dalam hal ini didalam kehidupan ini umat manusia
semuanya “merebut ngalih kesugian”
yang artinya “berebut cari kekayaan”.. didunia
ini pada kenyataannya semua orang berebut
cari kesugihan. Dalam perebutan cari kekayaan tentuada menang dan ada yang terkalahkan.
Dihari
sugian umat membikin upacara
keagamaan itu bermakna bahwa manusia diingatkan dalam mencari kesugihan haruslah dilandasi
dharma. Agar bisa berpegang pada dharma
itulah pentingnya agama dijalankan.
Agar bisa menjalankan agama itu
pentingnya pakai pedoman kitab suci..
dengan berpegangpada agama kelak seseorang bisa meraih kemenangan dilandasi
dharma.
2. MELAKUKAN PENYEKEBAN.
Melakukan penyekeban bermakna
melakukan tapabrata atau berpuasa. Melakukan puasa sebaiknya sebaiknya
dilakukan diam dikamar
atau lebih banyak menyepinya..
seperti buah-buahan yang
mentah disekap akan
cepat matangnya. Sekiranya Puasa itu berguna untuk mematangkan mental dan akal budi. Setelah matang maka
akal budi itu akan jadi berguna bagai
buah matang yang bisa
dinikmati.
Akal yang
matang merupakan wujud dari
sifat satwam. Jadi puasa
yang dapat mematangkan akal budi merupakan sebuah upaya
untuk meningkatkan sifat satwam
dimental. Akal cerdas, terampil mengeluarkan keahlian atau
kepintaran itu merupakan wujud dari akal
yang matang atau satwam.
Sifat satwam dalam mental juga
ditunjukkan oleh sikap
yang manis , lembut bagai buah
yang matang. Sementara buah yang mentah yang keras
dan omongan sepat-sepat itu menujukkan adanya sifat
rajas dan tamas.
Jadi bagi siapapun
yang ingin mematangkan mental atau menambah guna satwam mereka
harus rajin berpuasa dan menutup diri dari pergaulan pada saat-saat puasa. Setelah puasa bolehlah bergaul lagi dengan sesama.
Puasa dilakukan kapan saja atau
dihari-hari suci tertentu. Intinya
niat puasa adalah demi matangnya mental. Merasa mental
tidak matang, tidak ada
kecerdasan dan tidak ada keterampilan bolehlah puasanya sering
dilakukan misal sebulan
dua kali atau lebih.
Lamanya puasa
yang baik waktunya sama
seperti menyekap buah..Kalau
tidak kuat puasa penuh bisa
pagi makan dan sorenya buka. Ingat
dalam puasa godaan kerja dan lapar
akan mengganggu dan godaan sukses
akan menggoda pula..
Godaan-godaan macam itulah yang digambarkan oleh turunnya
sangkala tiga menggoda dihari penyekeban.
3. HARI PENYAJAAN
|
Hinaan, makian, disepelekan dan
diperlakukan semena-mena itu
merupakan ujian dalam menjalankan
ajaran agama.. Dari ujian hidup
seperti itu bila lulus akan berpahala
dan pahalanya itu membuat guna
satwam semakin bertambah.
4. HARI PENAMPAHAN.
Penampahan artinya pemotongan.
Secara tradisioal masyarakat
subuh-subuh memotong babi dihari
penampahan yang namtinya
dipakai sarana upacara dan tentunya
dinikmati. Maknanya untuk meningkatkan guna satwam
bangun pagi-pagi seseorang harus
melakukan japa mantra sebanyak
mungkin untuk memotong sifat tamas Serta mematangkannya dalam api
rohani.
Sifat tamas dipotong agar
tabungan sifat satwam
bisa digunakan. Kecerdasan,
kesemangatan, keterampilan
itulah isi dari sifat
satwam tersebut. Sifat itu akan
keluar dari diri sendiri bila sifat tamas
dipotong dengan berjapamantra dan meditasi.
Celeng menunjukkan
celeng-celengan dari sifat
satwam berupa kecerdasan,
keterampilan, pengetahuan, tenaga sehat
dan sifat-sifat baik. Celeng-celengan seperti itu
dibungkus oleh sifat tamas dalam diri.
Agar celeng-celengan itu
berguna seperti daging
babi yang bisa dimakan maka
sifat tamas harus dipotong dengan japamantra dikala
subuh..
Kalau tidak
melakukan japa mantra maka
celeng-celengan kebaikannya bagai
babi masih dikandangi.. keterampilan dan keahliannya juga ada kemungkinan dikandangi oleh sifat tamas.. Karena itu demi hidup
jadi berguna sekiranya dipagi
hari korbankan waktunya sejenak untuk berjapamantra tuk memotong sifat tamas
agar nantinya hidup jadi lebih berguna..
Sifat malas, cuek
akan lenyap bila bangun pagi dipaksakan
berjapamantra terlebih dahulu.
Bila sifat malas , cuek, bodoh sudah
dipotong maka ada kemungkinan hidup bisa meraih kemenangan.
5.MENDIRIKAN PENJOR DISORE HARI
Mendirikan penjor disore
hari itu simbol demi meningkatnya guna satwam seseorang
hendaknya disore hari harus mendirikan imannya iaitu membawa pikirannya ketuhan. Melakukan
Sembahyang, berjapamantra dan meditasi itu
yang namanya mendirikan iman.
Bambu yang berbuku-buku yang dipakai bahan membuat
penjor itu simbol buku-buku
suci yang dipakai penopang
keyakinan pada Tuhan..
Saat malam hari sehabis sembahyang, berjapamantra dan meditasi
isilah waktu sejenak untuk
membaca buku-buku suci..
Sembahyang, berjapamantra,
meditasi dan membaca buku suci
merupakan sebuah upaya yang dapat
membuat guna satwam meningkat.
Luangkan waktu sejenak tuk baca
buku suci agar sifat satwam makin bertambah..
Kegiatan duniawi itu
meningkatkan sifat tamas dipikiran.
Sifat tamas itu masuk dipikiran lewat memori duniawi
yang menempel dipikiran bawah
sadar. Tebalnya memori duniawi dipikiran itu membuat guna tamas semakin kuat.
Kuatnya sifat tamas itu
membuat kebingungan , kegelapan dan stress. Masyarakat yang melulu kerja
semata yang tidak suja membaca
buku suci dihari tuanya mereka kebanyakan kegelapan dan
kebingungan..
Karena itu membaca buku-buku suci akan menambah memori suci dipikiran tuk membilas memori duniawi agar
kondisi pikiran jadi putih atau terang.
Dalam hal ini memori duniawi
menggelapkan atau membuat pikiran jadi berwarna hitam dan memori
dari membaca buku membuat
terang atau membuat pikiran jadi
berwarna putih.
Karena itu setelah mengetahui gunanya membaca buku suci untuk memutihkan pikiran,
sekiranya dibalik kesibukanduniawi luangkan
waktu membaca buku-buku suci macam manapun. Membaca buku suci itu untuk memutihkan pikiran. Pikiran
putih itulah wujud
dari sifat satwam dalam
pikiran. jadi sembahyang, ingat Tuhan,
meditasi murni dan membaca buku suci itu
berfungsi untuk menambah guna
satwam. Banyaknya guna satwam itulah
yang mengantarkan seseorang meraih kemenangan.. bisa
jadi seorang bintang atau jadi pribadi
yang cemerlang.
7. 6.PEMACEKAN AGUNG
Pemacekan
merupakan simbol pikiran yang tertancap dengan kuat pada Atma pada saat meditasi. Pikiran itu bagaikan besi paku dan Atma
itu bagaikan sebuah kayu tempat
kayu tertancap kuat. Banyaknya guna satwam dipikiran yang memungkinkan pikiran seseorang bisa
tertancap pada Atma yang ada dihatinya melalui meditasi.
Tertancapnya pikiran pada Atma itulah
wujud kemenangan yang sejati dari
godaan sang kala galungan,
kala dungulan dan kala amangkurat.
Pemacekan agung
bermakna Pikiran kuat tertancap pada
Atma dalam meditasi itu yang membuat seseorang bisa jadi anak agung. Sifat keagungan Atma yang suci
memancar pada pikiran yang telah
menembus Atma sehingga
seseorang yang pikirannya menembus Atma
bisa jadi pribadi yang agung...
Kecemerlangan cahaya
Atma yang memancar melalui pikiran yang tertancap pada Atma itulah
wujud dari hari raya kuningan
yang sebenarnya.
V. MAYA DANAWA DAN SANGKUL PUTIH
|
Mayadanawa dari segi
kata ia terdiri dari kata
maya dan kata danawa.
Maya berarti ilusi,bayangan. Dialam
semesta ini unsur triguna yang terdiri
dari satwam , rajas dan tamas merupakan ilusi atau bayangan yang menutupi
keberadaan Tuhan.
Dalam artian
unsur triguna tersebut
yang membuat manusia jadi susah bertemu
Tuhan. Unsur triguna itu
yang selalu menghalangi manusia
dalam berhubungan dengan Tuhan.
Terutama sifat
rajas dan tamas merupakan penghalang besar
bagi seseorang untuk
mentaati ajaran agama. Sifat
rajas mendorong manusia tuk
bekerja atau menuruti ambisi
duniawi melulu.. Sifat tamas
melarang manusia kejalan
suci seperti malas sembahyang, mata
ngantuk, bingung dan bodoh. Jadi
sifat rajas dan
tamas itu yang menghalangi atau melarang manusia yakin pada
Tuhan.
Danawa sendiri artinya raksasa.
Hidup dalam kuasa
sifat rajas dan tamas sebagai kekuatan maya itu yang membuat manusia dipenuhi
sifat-sifat danawa . Sifat-sifat
danawa atau sifat raksasa
dalam diri disebutkan oleh sloka
berikut:
“ berpura-pura, angkuh,
membanggakan diri, marah, kasar, bodoh
, semuanya itu adalah keadaan
mereka yang dilahirkan dengan
sifat-sifat raksasa, wahai partha(Bhagawadgita XVI-4).
Dalam kuasa sifat
rajas dan tamas
kebanyakan manusia akan memiliki sifat-sifat raksasa seperti
diatas. Sifat raksasa yang pertama
dimulai dari sikap berpura-pura seperti berpura-pura sabar, pura-pura lugu, pura-pura beragama, pura-pura merendah
tapi aslinya angkuh, membanggakan
diri, marah, kasar dan bodoh dalam
pengetahuan agama.
Sifat danawa seperti diatas tumbuh
subur dalam diri manusia
jika manusia dikendalikan oleh sifat rajas
dan tamas yang haya mendorong
manusia rajin bekerja dan
menikmati kesenangan duniawi.
Sifat danawa itu ada pada
semua orang.
Seorang sangkul putih adalah orang yang menyadari adanya
sifat danawa itu karena
belenggu sifat rajas dan
tamas yang kuat . Seorang
sangkul putih adalah orang
atau siapa saja
yang tidak ingin dirinya
dipenuhi sifat-sifat mayadanawa.
Seorang sangkul putih lalu berjuang
melawan sifat rajas
dan tamas dengan cara
rajin menerapkan dharma agama
seperti rajin sembahyang, rajin
berjapa mantra,, rajin berpuasa, rajin membaca buku guru-guru suci,
suka melakukan amal da berbagai kegiatan suci lainnya.
Seorang sangkul putih Bangun dipagi harinya mereka
tidak mau langsung ditarik oleh
sifat rajas tuk pergi kerja. Mereka
akan gunakan waktunya sembahyang
dan berjapamantra duluan
sesudah itu baru bekerja.
Begitu juga disaat subuh
mereka tak maujuga dipeluk mesra
oleh sifat tamas
tuk menikmati tidur nyenyak. Mereka
akan bergegas bangun
tuk sembahyang dan
berjapa mantra.. Begitulah perjuangan sangkul putih melawan serangan mayadanawa dalam
diri.
Karena rajin menerapkan dharma agama
seperti tersebut membuat guna
satwam jadi lebih banyak dimentalnya. Banyaknya
sifat satwam dimental membuat seseorang menang
dalam perilaku yang berlandaskan Dharma dalam hidup
sehari-hari.
Seiring dengan
bertambahnya guna satwam membuat
kecerdasan meningkat sehingga
dengan bermodal kecerdasan tentu seseorang bisa meraih kemenangan dihadapan orang-orang yang kurang cerdas.
Hidup menang dijalan dharma
maka akan berpeluang dalam memenangkan rahmat Tuhan.. Rahmat Tuhan itu yang mengantarkan seseorang jadi pribadi yang
raya atau hidup berkelimpahan
karunia.
Jadi dari segi filsafat agama Mayadanawa dan sangkul putih
ada dalam diri manusia. Maya
danawa adalah sebuah kekuatan yang membuat manusia tak ingat sembahyang dan sangkul putih merupakan sebuah sifat yang
teguh menjalankan dharma
agama dalam keseharian..
Bila manusia
tak ingat sembahyang atau tak
menjalankan dharma agama manusia berubah jadi mayadanawa dan bila ingat dharma agama
maka manusia menjadi sosok sangkul putih yang berjuang menegakkan dharma
agama...
Seseorang Mau jadi mayadawa
dengan sifat seperti
disebutkan oleh sloka diatas
atau jadi sangkul putih itu semua berpulang pada diri sendiri masing-masing.. Menjadi mayadanawa
membuat seseorang menang dalam
kecurangan dan pura-pura. Menjadi
sangkul putih membuat seseorang bisa
menang karena terampil dan berpengetahuan..
|
Begitulah sifat mayadanawa dalam hidup.. Seorang sangkul putih dimasyarakat
akan berhadapan dengan
sifat mayadanawa dalam diri
dan berhadapan dengan pribadi mayadanawa diluar dirinya. Seorang yang menjadi
sangkul putih harus teguh iman
agar bisa mengalahkan
mayadanawa dalam diri yang utama.
Berhadapan dengan mayadanawa
diluar diri sebagai orang yang berpegang dijalan
dharma harus rela mengalah
walaupun dirasa pisiknya
kuat.
Senjata sangkul putih
yang sejati hanyalah iman dan bukannya ngadu otot. iman itu ingat mantra secara singkat. Setiap hari ingat mantra berulang-ulang itulah cara
untuk memerangi mayadanawa dalam
diri.
|
|
SELAMAT
HARI RAYA
GALUNGAN &
KUNINGAN
MOHON MAAF LAHIR & BATIN
Bila benar-benar berjuang
dijalan dharma, setiap hari
menegakkan keyakinan atau
setiap hari selalu ingat Tuhan,maka perjalanan hidup akan langsung
mengalami kisah seperti yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam
cerita-cerita terdahulu.
Tantangan dan
rintangan hidup akan
langsung dialami. Adanya
tantangan dan rintangan
yang langsung dialami membuat
ceritanya jadi lebih
semarak, lebih mengembang dan
lebih berwarna warni.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar