Jumat, 25 Mei 2018

MAKNA HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN SEBAGAI HARI KEMENANGAN DHARMA


I.PENDAHULUAN 

Hari  raya   bila  dimaknai dalam  kehidupan  yang nyata  bahwa hari raya adalah  suatu hari  dimana  kehidupan  seseorang  raya atau berkelimpahan   rahmat Tuhan, berkelimpahan harta,  berpengetahuan, trampil , sehat fisik dan apa  yang diinginkannya  mudah  dicapai.   Hidup  yang berkelimapah  itulah sesungguhnya   hari-hari  yang  sungguh  raya  yang  dialami  seseorang  dibumi.
Hidup  yang raya  atau   berkelipahan   rahmat  Tuhan atau  orang-orang  yang berkelimpahan  harta,  murah rejeki,  cerdas  dan berpengetahuan  sesungguhnya  merekalah orang-orang  yang meraih kemenangan  secara  nyata.
Dimanapun  orang-orang  yang berkelimpahan   harta ,  cerdas  dan berpengetahuan  dalam  status  sosial  kemasyarakatan  posisinya  akan selalu  diatas, Mereka  akan  berpeluang jadi bos, majikan.  Bila  seseorang menjadi  bos, majikan, pejabat  maka mereka  akan berada pada posisi yang menang  dibandingkan  dengan orang-orang  yang berperan jadikuli, petani  atau buruh.Menjadi buruh  atau kuli akan  selalu  dalam posisi   dalam perintah majikan atau bos.
Orang-orang  yang  terlahir  berkelimpahan  menurut    ajaran agama  adalah orang-orang  yang  banyak  tabungan  karma  baik. Mereka  terdahulunya  rajin beragama  dan tentunya mereka  banyak bersedekah  atau berpegang  pada  Dharma(agama).
Adanya  perayaan  hari raya  galungan  dan kuningan  sebagai hari  raya  kemenangan  sesungguhnya  acara keagamaan  tersebut untuk mengingatkan  kepada  umat(Hindu)  bahwa   hidup  dijalan  dharmalah  yang memungkinkan  seseorang kelak  bisa  meraih kemenangan  yang  nyata  didalam hidup.  Hidup  berpegang pada  dharma agamalah yang  kelak dapat membuat hidup  benar-benar  raya.

Lahir  jadi orang kaya, orang sukses,    hidup berkelimpahan , cerdas, kuat, terampil dan  jadi berkuasa   semua itu  dilandasi  darma  semata.  Karena itu   bagi orang yang ingin meraih kemenangan  dalam hidup itu pentingnya  dharma  diterapkan  dalam hidup sehari-hari. Terutama  dharma agama   merupakaan penopang  dharma  dalam  tingkah laku  sehari-  sehari.
Rajin  sembahyang, ingat  Tuhan, melakukan puasa  dan  suka  beramal  atau beryajna   itu merupakan  wujud  dharma agama  yang  wajib  dilakukan  agar  suatu  saat bisa  meraih kemenangan  atau  sukses dalam hidup.
Kalau  hidup    sudah  berkelimpahan atau sudah meraih posisi menang  bila mengabaikan  dharma agama maka  kelak  dikemudian hari  seseorang   bisa  berada dalam posisi terkalahkan.  Dalam kelahiran berikutnya    mungkin terlahir jadi orang  kurang, cerdas,  jadikuli  atau jadi buruh  sehingga  hidup  dalam posisi  dibawah perintah  saja.  Hidup  dibawah perintah  adalah  hidup  yang ada  dalam posisi terkalahkan.

II. GALUNGAN    SEBAGAI  HARI KEMENANGAN

Pada  hari penyekeban  iaitu  dihari minggu  disebutkan  ada  tiga  nama  kala  yang menggoda  manusia .  Ketiga  kala  itu  adalah  kala  Galungan,  kala  dungulan  dan kala  amangkurat.   Dari ketiga  kala tersebut  hari  raya   galungan  tersebut  berasal  dari  kala  galungan.  Kala  menunjukkan  kekuatan  alam  semesta  yang menguasai seluruh manusia dibumi.
Dalam  hal  ini  adanya  bantuan  sang kala  galunganlah yang membuat  seseorang  bisa meraih  kemenangan  dalam hidup. Kala  galungan  dalam     weda    adalah guna  satwam itu  sendiri.  Kala dungulannya  sifat  rajas  dan  kala  amangkurat  adalah  sifat tamas.
Jadi Bila dihubungkan dengan triguna,  sekiranya  galungan  sebagai  hari kemenangan  dharma  itu menunjuk pada  adanya  sifat  satwam  yang memungkinkan  dharma jadi  menang  dalam prilaku  seseorang.
Adanya  sifat  satwam  atau  kala  galungan  dalam  mental dengan jumlah lebih banyak  dibanding  sifat  rajas  dan tamas  yang memungkinkan  dharma  dalam perilaku  menang mengalahkan  sifat-sifat  adharma. 
.  Sifat  satwam  atau   guna  satwam  adalah  sebuah sifat yang  tersusun  dari sifat-sifat  suci, sifat kebaikan,  sifat kejujuran dan  sifat  yang membuat manusia mau menjalankan ajaran agama..  Sifat sattwam  juga merupakan  sifat alam   yang memberi kekuatan, kecerdasan  dan membuat  seseorang jadi terampil  dan berpengetahuan.
Karena  sifat  satwam  merupakan  sifat yang memberi kekuatan,  kecerdasan  dan pengetahuan maka kekuatan itu berpeluang memberi  seseorang  kemenangan dalam  hidup. Sifat  satwam itu  yang memungkinkan    seseorang   berpeluang menjadi  seorang bintang..
Menerapkan  dharma  agama  dalam hidup  sehari-hari merupakan  sebuah  upaya  untuk  menambah jumlah  guna  satwam  dimental   agar kelak seseorang berpeluang jadi  Bintang yang membawa  mereka pada kemenangan yang   nyata  dalam hidup.
Kemenangan  yang  sejati  dalam hidup    yang melampaui kemenangan  secara  duniawi  adalah  kemenangan   dalam prilaku  yang  berlandaskan  dharma.  Agar mampu berprilaku dalam  dharma  itu pentingnya  dharma agama  diterapkan untuk meningkatkan  jumlah  sifat  satwam  dalam batin.
Jadi  dihubungkan  dengan  triguna   hari raya   galungan  sebagai  hari  kemenagan  itu  menunjukkan   adanya  sifat  satwam yang dominan pada  seseorang yang dapat membawa kemenangan.  Galungan  itu  adalah sifat  satwam.

 III. KUNINGAN   SIMBOL KECEMERLANGAN AKAL BUDI.
.
Galungan  sebagai  wujud  sifat  satwam  maka  kuningan  merupakan  simbol kecemerlangan   sinar  suci  Tuhan bagaikan     warna  emas  yang kuning. Adanya     sifat  satwam yang banyak memungkinkan  sinar suci Tuhan memancar  dengan cemerlang menerangi  akal budi. Hal ini  disebutkan  oleh  sloka  berikut:
Dari  sini, sifat  sattwa  memancar  karena  kesuciannya,  tanpa mengenal penderitaan,  dengan belenggu kebahagiaan, dan ilmu pengetahuan,  wahai  yang tanpa  dosa,ArjunaBhagawadgita  XIV-6)
Telah jelas  menurut  sloka    diatas  dimana  dari  sifat  satwam  yang  suci membuat    sinar  suci  Tuhan memancar.  Pancaran sinar  suci  Tuhan  membuat pikiran  cemerlang  dan nasib  seseorang  bisa jadi  gemilang.  Jadi  hari  raya  galungan  dan kuningan itu menunjukkan   kesatuan  antara  sifat  satwam  dengan  pancaran sinar  suci  Tuhan.  Dimana  ada  sifat  satwam yang banyak disana  sinar suci  Tuhan  terpancar.
 Menurut  sloka  diatas  juga  disebutkan    bila  sifat  satwam  banyak  membuat manusia  jauh dari penderitaan.   Karena itu  agar  terbebas dari penderitaan  sekiranya   perlu  diupayakan  suatu aktivitas  yang dapat meningkatkan guna  satwam.  Setelah guna  satwam  meningkat  maka  kehidupan  sesorang    dipenuhi  dengan  kebahagiaan   dan tentunya  mereka  jadi  terampil  dan  memiliki pengetahuan..
Orang-orang  barat, orang jepang  yang mayoritas  cerdas  dan berpengetahuan merupakan orang-orang  yang terlahir   berbekal  guna  satwam  yang  lebih banyak.  Mereka  yang memiliki  sifat satwam  yang  banyak  dilahirkan  dinegara-negara  yang penduduknya  kebanyakan cerdas.
Sementara   orang-orang  yang  terlahir  dimentalnya  penuh  sifat  tamas  maka  mereka  dilahirkan  di  sebuah  negeri yang masyarakatnya kebayakan  kurang  cerdas dan kurang terampil.  Alam  yang telah mengatur  sedemikian rupa..
Karena itu   agar  hidup  cemerlang    bagai buah menguning  tidak kegelapan  penting sekali  menambah sifat satwam  dimental.  Menerapkan  dharma agama  iaitu ingat sembahyang,  ingat mantra berulang-ulang(japa),   baca kitab  suci,  suka  puasa,suka  beramal , suka  bergotong royong  atau  jadi relawan merupakan  proses  untuk meningkatkan  guna  satwam  dalam mental..  Hanya mementingkan  pribadi  saja  dan golongan  atau  pemuasan  nafsu  itu hanya mengumpulkan  sifat  tamas belaka.
Sifat  tamas  membuat hidup  jadi kegelapan, kebingungan ,  cepat  loyo  tak bertenaga  dan  umur  jadi pendek-pendek.  Sifat  tamas membuat    tidak adanya pancaran  sinar  suci  yang cemerlang.  Karena itu agar  tidak  kegelapan, tidak kebingungan  manusia harus  rajin  sembahyang  rajin kegiatan  sosial dan kegiatan lainnya yang dapat membuat guna  satwam bertambah.

IV. MENINGKATKAN  GUNA  SATWAM.

Guna  satwam  dalam  mental  tidak  datang dengan  sendirinya.  Hal ini  sama  dengan   banyaknya  tabungan  dibank  tidak  datang  begitu  saja   melainkan seseorang harus menabung..  Begitu juga  sifat  satwam  tidak  didapat begitu saja .  banyaknya  sifat  satwam yang bisa membawa kemenangan  itu perlu upaya..  Upaya-upaya  yang  dapat dilakukan oleh seseorang  agar sifat  satwam meningkat   adalah  dengan menerapkan  makna-makna  hari berikut :
1   .       SUGIAN
2   .       MELAKUKAN penyekeban
3   .       Penyajahan
4   .        Penampahan
5   .       Mendirikan penjor....
6   .       Pemacekan

I.           SUGIAN
Sugian   bermakna  kesugian  atau kekayaan..  Sugian ada  dua  jenis iaitu  sugian  bali dan sugian  jawa.  Sugian  bali    menunjukkan kekayaan  berupa  harta benda  termasuk uang  dan sugian  jawa  menunjukkan kekayaan berupa pengetahuan..
Kekayaan   berupa  harta  benda  agar  kekayaan  itu   bisa meningkatkan  guna  satwam sekiranya  sebagian  dari kekayaan itu  digunakan untuk  kepentingan  agama  atau jalankan perintah agama  seperti  bersedekah untuk kepentingan  agama, kepentingan kemanusiaan  dan kepentingan  acara agama  serta  termasuk untuk memperbanyak kitab suci.
Selain  bermodal kekayaan berupa  harta benda  sekiranya  kekayan berupa pengetahuan agama  itu  yang memegang peranan utama  untuk meningkatkan   guna satwam  dimental. Melalui pengetahuan  disana  didapat petunjuk-petunjuk  yang memungkinkan  diperoleh pahala  berupa  sifat  satwam  yang banyak..
Jadi  demi meningkatnya  guna  satwam  kekayaan itu penting    sehingga  kelak bisa meraih kemenangan.  Sama  halnya didunia ini  orang  yang berharap menang  dalam pemilu juga  butuh modal..kalau tidak  ada modal  tidak akan meraih kemenangan. Singkat   cerita  agar  bisa meraih kemenangan  sekiranya  penting kumpulkan pahala  yang banyak. 
Tak punya materi    orang masih bisa menggunakan tenaganya  tuk melakukan  amal kebajikan  dan juga    sifat-sifat  yang baik   atau  dharma  sebagai dasar  untuk berbuat.
Upacara merebu disaat  hari  sugian  dimana  kata  merebu  dapat  dimaknai menjadi  “merbut”.  Dalam  hal ini   didalam kehidupan ini  umat manusia   semuanya  “merebut ngalih  kesugian”  yang  artinya “berebut  cari kekayaan”..  didunia  ini pada kenyataannya   semua  orang berebut  cari kesugihan.   Dalam perebutan  cari kekayaan tentuada menang  dan ada yang terkalahkan.
 Dihari  sugian umat  membikin upacara keagamaan itu  bermakna  bahwa manusia diingatkan  dalam mencari kesugihan haruslah  dilandasi  dharma.  Agar  bisa berpegang pada  dharma  itulah pentingnya  agama  dijalankan.  Agar bisa  menjalankan agama itu pentingnya pakai  pedoman kitab suci.. dengan berpegangpada  agama  kelak seseorang bisa meraih kemenangan   dilandasi  dharma.

2. MELAKUKAN PENYEKEBAN.

Melakukan penyekeban    bermakna  melakukan   tapabrata  atau berpuasa.  Melakukan puasa  sebaiknya   sebaiknya  dilakukan  diam  dikamar  atau  lebih banyak menyepinya.. seperti  buah-buahan  yang  mentah  disekap  akan  cepat matangnya.  Sekiranya   Puasa itu berguna   untuk mematangkan mental  dan akal budi.  Setelah matang  maka  akal budi   itu akan    jadi berguna    bagai  buah matang  yang  bisa  dinikmati.
Akal  yang  matang merupakan   wujud  dari  sifat  satwam.  Jadi puasa    yang dapat mematangkan akal budi merupakan  sebuah upaya  untuk meningkatkan  sifat  satwam  dimental. Akal  cerdas,  terampil mengeluarkan keahlian  atau  kepintaran itu merupakan  wujud  dari akal  yang matang  atau  satwam.
Sifat  satwam dalam mental  juga  ditunjukkan oleh    sikap yang    manis , lembut    bagai buah  yang matang.  Sementara   buah yang mentah  yang keras  dan  omongan sepat-sepat  itu menujukkan adanya  sifat  rajas  dan tamas.
Jadi  bagi siapapun  yang ingin mematangkan mental atau menambah guna  satwam mereka  harus  rajin berpuasa    dan menutup diri dari pergaulan pada  saat-saat puasa.    Setelah puasa  bolehlah bergaul lagi dengan sesama.
Puasa  dilakukan kapan saja  atau  dihari-hari  suci tertentu.   Intinya  niat puasa  adalah demi  matangnya mental.  Merasa mental  tidak matang,  tidak ada kecerdasan dan tidak ada keterampilan bolehlah puasanya   sering  dilakukan  misal  sebulan  dua kali  atau lebih.
Lamanya  puasa   yang baik    waktunya  sama  seperti  menyekap buah..Kalau tidak kuat  puasa  penuh  bisa  pagi makan dan  sorenya buka.  Ingat  dalam puasa godaan  kerja  dan lapar  akan mengganggu  dan godaan  sukses  akan menggoda pula..
Godaan-godaan macam itulah  yang digambarkan oleh  turunnya  sangkala  tiga menggoda  dihari penyekeban.

3. HARI PENYAJAAN

Hari penyajaan  bermakna  hidup  dalam kondisi dijajah orang.    Dalam  hal ini perpegang pada  ajaran  agama  atau  menerapkan ajaran agama  dalam hidup  sehari-hari  maka  hidup seseorang  bagai  terjajah.     Dihina mengalah, diperlakukan  tidak adil juga mengalah,  dimaki juga mengalah, dibentak  juga mengalah  sehingga  hidup  yang berpegang pada  dharma  dimasyarakat   akan kelihatan   bagai orang yang terjajah..
Hinaan, makian, disepelekan  dan  diperlakukan semena-mena  itu merupakan ujian  dalam menjalankan ajaran  agama..    Dari ujian    hidup  seperti itu bila lulus  akan   berpahala  dan pahalanya  itu membuat  guna  satwam semakin bertambah.

4. HARI PENAMPAHAN.

  Penampahan  artinya pemotongan. Secara  tradisioal  masyarakat  subuh-subuh memotong babi  dihari penampahan  yang  namtinya  dipakai  sarana upacara  dan tentunya  dinikmati. Maknanya untuk meningkatkan guna  satwam    bangun pagi-pagi  seseorang  harus  melakukan japa mantra  sebanyak mungkin untuk memotong  sifat tamas  Serta mematangkannya  dalam api  rohani.
Sifat tamas  dipotong agar  tabungan  sifat  satwam  bisa  digunakan.  Kecerdasan,  kesemangatan, keterampilan  itulah  isi dari  sifat  satwam tersebut.  Sifat itu akan keluar dari diri sendiri    bila  sifat tamas  dipotong   dengan berjapamantra  dan meditasi.
Celeng menunjukkan celeng-celengan  dari  sifat  satwam berupa  kecerdasan, keterampilan, pengetahuan,  tenaga  sehat  dan sifat-sifat  baik.  Celeng-celengan  seperti itu  dibungkus oleh sifat  tamas  dalam diri.  Agar  celeng-celengan itu berguna   seperti   daging  babi yang  bisa  dimakan maka  sifat tamas  harus  dipotong dengan japamantra  dikala  subuh..
Kalau  tidak  melakukan japa mantra maka   celeng-celengan kebaikannya  bagai babi masih dikandangi.. keterampilan dan keahliannya   juga ada kemungkinan  dikandangi oleh sifat  tamas.. Karena itu    demi hidup  jadi berguna  sekiranya dipagi hari korbankan  waktunya  sejenak untuk berjapamantra tuk memotong   sifat tamas  agar  nantinya   hidup jadi lebih berguna..
Sifat malas,   cuek  akan lenyap bila  bangun pagi   dipaksakan  berjapamantra   terlebih  dahulu.  Bila  sifat malas , cuek, bodoh  sudah  dipotong  maka  ada kemungkinan hidup  bisa meraih kemenangan.

5.MENDIRIKAN PENJOR DISORE HARI

Mendirikan penjor disore hari    itu simbol  demi meningkatnya guna satwam seseorang hendaknya  disore hari   harus mendirikan imannya  iaitu membawa pikirannya ketuhan. Melakukan Sembahyang, berjapamantra dan meditasi itu  yang namanya mendirikan iman.
Bambu  yang berbuku-buku    yang dipakai bahan   membuat  penjor    itu simbol  buku-buku  suci  yang dipakai penopang keyakinan  pada   Tuhan..  Saat malam hari   sehabis  sembahyang, berjapamantra  dan meditasi  isilah waktu  sejenak untuk membaca  buku-buku suci..
Sembahyang, berjapamantra, meditasi dan membaca  buku suci merupakan  sebuah upaya  yang dapat  membuat guna satwam meningkat.  Luangkan  waktu sejenak  tuk baca  buku suci agar sifat satwam makin bertambah..
Kegiatan duniawi itu meningkatkan  sifat tamas  dipikiran.  Sifat tamas itu masuk dipikiran lewat memori  duniawi  yang menempel dipikiran  bawah sadar.  Tebalnya memori  duniawi dipikiran itu membuat  guna tamas semakin  kuat.
Kuatnya sifat tamas itu membuat  kebingungan , kegelapan  dan stress. Masyarakat yang melulu  kerja  semata   yang tidak suja membaca buku suci    dihari  tuanya mereka kebanyakan kegelapan dan kebingungan..
Karena itu membaca buku-buku  suci akan menambah memori  suci dipikiran  tuk membilas memori  duniawi agar   kondisi pikiran jadi putih atau terang.  Dalam hal ini memori  duniawi menggelapkan  atau membuat  pikiran jadi berwarna hitam  dan memori  dari membaca buku  membuat terang  atau membuat pikiran jadi berwarna putih.
Karena itu   setelah mengetahui  gunanya membaca  buku suci untuk memutihkan pikiran, sekiranya  dibalik kesibukanduniawi  luangkan  waktu membaca  buku-buku suci  macam manapun. Membaca buku  suci itu untuk memutihkan pikiran.  Pikiran  putih   itulah  wujud  dari sifat satwam  dalam pikiran.  jadi sembahyang, ingat Tuhan, meditasi murni dan membaca  buku suci itu berfungsi untuk menambah guna  satwam.  Banyaknya guna  satwam itulah  yang mengantarkan  seseorang   meraih kemenangan..  bisa  jadi seorang bintang atau jadi pribadi  yang cemerlang.

7.       6.PEMACEKAN AGUNG

Pemacekan  merupakan  simbol pikiran  yang tertancap  dengan kuat pada Atma pada  saat meditasi. Pikiran  itu bagaikan besi paku  dan Atma  itu bagaikan  sebuah kayu  tempat  kayu tertancap  kuat.  Banyaknya guna  satwam dipikiran  yang memungkinkan    pikiran seseorang  bisa  tertancap pada Atma  yang ada  dihatinya melalui meditasi.
Tertancapnya pikiran pada Atma  itulah  wujud kemenangan  yang sejati  dari  godaan    sang kala galungan, kala  dungulan dan kala amangkurat.
Pemacekan  agung bermakna Pikiran kuat tertancap  pada Atma   dalam meditasi itu  yang membuat seseorang bisa jadi  anak agung.  Sifat keagungan Atma  yang suci  memancar pada pikiran  yang telah menembus  Atma  sehingga  seseorang  yang  pikirannya menembus  Atma  bisa jadi pribadi yang agung...
Kecemerlangan  cahaya Atma  yang memancar melalui pikiran  yang tertancap pada Atma  itulah  wujud  dari hari  raya kuningan  yang sebenarnya.

V. MAYA  DANAWA  DAN  SANGKUL PUTIH

Hari  raya  galungan  sebagai hari kemenangan itu  dilandasi  cerita  perjuangan  seorang penegak  dharma  yang bernama  sangkul putih  yang melawan   raja maya danawa.   Raja  maya  danawa  konon  diceritakan    tidak percaya  Tuhan  dan karena  sakti  mereka  melarang orang-orang memuja Tuhan. Mayadanawa malah menganggap dirinya  Tuhan  dan menyuruh  masyarakat  menyebah mayadanawa sebagai  Tuhan  . Singgkat  cerita  sangkul putih  berhasil mengalahkan maya  danawa.
Mayadanawa  dari segi  kata  ia terdiri dari kata maya    dan kata  danawa.    Maya  berarti ilusi,bayangan. Dialam semesta ini unsur triguna  yang terdiri dari satwam , rajas dan tamas  merupakan  ilusi atau bayangan  yang menutupi  keberadaan Tuhan.
Dalam  artian  unsur  triguna  tersebut  yang membuat manusia  jadi  susah bertemu  Tuhan. Unsur  triguna  itu  yang  selalu menghalangi  manusia  dalam berhubungan  dengan  Tuhan.
Terutama  sifat  rajas  dan tamas   merupakan penghalang  besar    bagi seseorang  untuk mentaati  ajaran agama.  Sifat  rajas mendorong manusia    tuk bekerja   atau menuruti  ambisi  duniawi melulu..  Sifat  tamas  melarang manusia  kejalan suci  seperti malas sembahyang,  mata  ngantuk,  bingung dan bodoh.  Jadi  sifat  rajas  dan  tamas itu  yang menghalangi  atau melarang manusia  yakin pada  Tuhan.
Danawa  sendiri artinya  raksasa.  Hidup  dalam  kuasa    sifat rajas  dan tamas    sebagai kekuatan maya  itu yang membuat manusia  dipenuhi  sifat-sifat   danawa .  Sifat-sifat  danawa  atau sifat  raksasa  dalam diri  disebutkan oleh sloka berikut:
“ berpura-pura, angkuh, membanggakan diri, marah, kasar, bodoh  ,  semuanya itu adalah keadaan mereka  yang dilahirkan   dengan  sifat-sifat  raksasa,  wahai partha(Bhagawadgita XVI-4).
Dalam kuasa  sifat  rajas  dan  tamas   kebanyakan  manusia   akan memiliki sifat-sifat raksasa  seperti  diatas.   Sifat raksasa  yang pertama  dimulai  dari  sikap berpura-pura   seperti berpura-pura sabar, pura-pura    lugu, pura-pura  beragama, pura-pura  merendah  tapi aslinya  angkuh, membanggakan diri, marah, kasar dan bodoh  dalam pengetahuan  agama.
Sifat   danawa seperti diatas  tumbuh  subur  dalam  diri manusia  jika   manusia  dikendalikan oleh sifat  rajas  dan tamas  yang haya mendorong manusia   rajin bekerja  dan  menikmati  kesenangan   duniawi.  Sifat  danawa itu  ada pada  semua orang.
Seorang  sangkul putih    adalah orang  yang menyadari   adanya  sifat danawa  itu   karena  belenggu sifat  rajas dan tamas  yang kuat .  Seorang  sangkul  putih  adalah orang  atau  siapa  saja  yang  tidak ingin  dirinya  dipenuhi  sifat-sifat  mayadanawa.
  Seorang  sangkul putih  lalu berjuang  melawan   sifat  rajas  dan tamas  dengan  cara  rajin menerapkan dharma agama  seperti rajin  sembahyang, rajin berjapa mantra,, rajin  berpuasa,  rajin membaca buku guru-guru  suci,  suka melakukan amal da berbagai kegiatan suci lainnya.
Seorang  sangkul putih Bangun  dipagi harinya  mereka  tidak mau  langsung  ditarik oleh  sifat  rajas  tuk pergi kerja.  Mereka  akan gunakan  waktunya  sembahyang  dan  berjapamantra  duluan  sesudah itu  baru bekerja.
  Begitu juga disaat  subuh mereka  tak maujuga  dipeluk mesra  oleh  sifat  tamas  tuk menikmati  tidur nyenyak.  Mereka  akan  bergegas  bangun  tuk  sembahyang  dan  berjapa  mantra..  Begitulah perjuangan  sangkul putih melawan  serangan mayadanawa  dalam  diri. 
Karena  rajin menerapkan  dharma agama  seperti tersebut membuat  guna satwam  jadi  lebih banyak dimentalnya.  Banyaknya  sifat  satwam  dimental membuat seseorang    menang  dalam  perilaku  yang berlandaskan Dharma  dalam hidup  sehari-hari.    
Seiring  dengan   bertambahnya guna  satwam membuat kecerdasan  meningkat   sehingga  dengan  bermodal kecerdasan   tentu seseorang bisa meraih kemenangan    dihadapan orang-orang yang kurang cerdas.
Hidup  menang dijalan  dharma  maka   akan berpeluang    dalam memenangkan  rahmat Tuhan..  Rahmat Tuhan itu yang mengantarkan  seseorang jadi pribadi  yang  raya  atau hidup berkelimpahan karunia.
Jadi  dari segi filsafat agama    Mayadanawa dan  sangkul putih  ada dalam diri  manusia.  Maya  danawa  adalah  sebuah kekuatan  yang membuat manusia  tak ingat sembahyang  dan sangkul putih merupakan sebuah sifat  yang  teguh menjalankan  dharma agama  dalam keseharian..
Bila  manusia  tak ingat sembahyang atau  tak menjalankan dharma agama   manusia  berubah jadi mayadanawa  dan bila ingat  dharma agama  maka  manusia menjadi sosok  sangkul putih yang berjuang menegakkan dharma agama...
Seseorang Mau jadi  mayadawa  dengan  sifat  seperti  disebutkan oleh sloka diatas     atau  jadi sangkul putih itu  semua berpulang pada  diri sendiri masing-masing.. Menjadi mayadanawa membuat seseorang menang  dalam kecurangan  dan pura-pura. Menjadi sangkul putih  membuat seseorang bisa menang karena terampil dan berpengetahuan..

Dalam  kehidupan  nyata  sifat-sifat  danawa  akan menguasai mental  dan membuat  manusia  beragama  dengan  cara  bodoh.. Beragama   banyak  acara  besar biaya  tapi  tak  tahu makna.  Dengan  sifat  danawa  yang kental  bermodal kekuatan  masa, berani melarang orang-orang  yang  mau beragama  mengikuti  anjuran  seorang guru dan berharap agar tetap mengikuti keyakinan  yang sudah ada  dan tak peduli apakah ada  makna  atau  tidak.
Begitulah sifat mayadanawa  dalam hidup.. Seorang sangkul putih  dimasyarakat  akan  berhadapan  dengan  sifat  mayadanawa  dalam diri  dan berhadapan  dengan  pribadi mayadanawa  diluar dirinya. Seorang  yang menjadi  sangkul putih  harus  teguh iman  agar  bisa mengalahkan mayadanawa    dalam diri yang utama. Berhadapan  dengan  mayadanawa  diluar  diri sebagai orang  yang berpegang   dijalan  dharma  harus  rela mengalah  walaupun  dirasa  pisiknya  kuat.
Senjata  sangkul putih  yang  sejati hanyalah  iman dan bukannya  ngadu otot.  iman itu ingat mantra  secara singkat. Setiap hari ingat mantra  berulang-ulang  itulah cara  untuk memerangi  mayadanawa dalam diri.


. Sangkul putih itu  sang kaule  sane putih  yang artinya  seorang hamba  Tuhan  yang  suci..  seorang hamba Tuhan  yang suci  adalah   memuja Tuhan  dan  jadi pelayan  Tuhan  demi   meningkatnya  sifat  satwam  dan  semata-mata  demi perilaku  tetap berlandaskan  dharma.















SELAMAT
HARI   RAYA
GALUNGAN &  KUNINGAN
                                                    MOHON  MAAF LAHIR   & BATIN

              Bila  benar-benar  berjuang  dijalan dharma, setiap  hari menegakkan keyakinan atau  setiap  hari  selalu ingat  Tuhan,maka perjalanan hidup akan langsung mengalami kisah  seperti yang  dialami oleh  tokoh-tokoh  dalam  cerita-cerita  terdahulu.
Tantangan  dan  rintangan hidup  akan langsung  dialami.  Adanya  tantangan  dan  rintangan  yang  langsung dialami  membuat  ceritanya  jadi  lebih  semarak,  lebih  mengembang  dan  lebih  berwarna  warni.


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar